Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemberontakan Sadeng dan Keta

Peristiwa pemberontakan dua daerah taklukan Majapahit ini terjadi pada tahun 1331.

Pemberontakan Sadeng dan Keta dilatarbelakangi oleh tewasnya patih pertama Kerajaan Majapahit bernama Nambi pada 1316.

Pada akhirnya, pemberontakan dapat dipadamkan oleh Gajah Mada, yang kemudian dinobatkan sebagai mahapatih pada 1334 oleh Ratu Tribhuwana Tunggadewi.

Penyebab Pemberontakan Sadeng dan Keta

Pada 1316, Nambi, yang saat itu menjabat sebagai patih Kerajaan Majapahit, tewas dalam sebuah serangan yang disulut oleh pejabat licik bernama Mahapati.

Tragedi tersebut sekaligus menandai runtuhnya Lumajang, yang berhubungan dengan Sadeng dan Keta.

Sadeng dan Keta adalah daerah taklukan Majapahit yang saat ini terletak di Kabupaten Situbondo dan Lumajang.

Tewasnya Nambi dan runtuhnya Lumajang membawa duka sekaligus menyulut kemarahan Sadeng dan Keta.

Pasalnya, Nambi adalah orang yang berjasa mengangkat derajat dua daerah tersebut.

Demi menuntut balas, Sadeng dan Keta melakukan persiapan besar-besaran untuk menyerang.

Selama bertahun-tahun, dua daerah ini tidak hanya merekrut dan melatih pasukan, tetapi juga mempersiapkan senjata.

Jalannya Pemberontakan Sadeng dan Keta

Ketika Ratu Tribhuwana Tunggadewi naik takhta, ia mengadakan pertemuan dengan para perwakilan dari daerah-daerah taklukkan Majapahit.

Pada kesempatan itu, ratu menyadari absennya Sadeng dan Keta. Dalam tradisi Kerajaan Majapahit, ketidakhadiran dapat diartikan sebagai upaya pemberontakan.

Ratu Tribhuwana Tunggadewi kemudian mengirim mata-mata untuk memastikan.

Ternyata benar, Sadeng dan Keta memang tengah bersiap untuk melakukan pemberontakan.

Atas saran Mahapatih Arya Tadah dan Patih Gajah Mada, Ratu Tribhuwana Tunggadewi berusaha memadamkan pemberontakan dengan cara diplomasi.

Akan tetapi, rencana tersebut dikacaukan oleh Ra Kembar, panglima tinggi Kerajaan Majapahit.

Ra Kembar lebih dulu mengepung Sadeng dan Keta karena menganggap kedua daerah tersebut harus dihancurkan.

Patih Gajah Mada sebenarnya sempat mengirimkan utusan untuk mencegah Ra Kembar, tetapi terlambat.

Sadeng dan Keta pun mulai melakukan perlawanan dan pertempuran tidak dapat dihindari.

Meski jalannya pemberontakan tidak diceritakan secara rinci, Pararaton menyebutkan bahwa pergolakan di Sadeng dan Keta dapat dipadamkan setelah Ratu Tribhuwana Tunggadewi turun tangan.

Tiga tahun kemudian, Patih Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih Kerajaan Majapahit.

Referensi:

  • Murti, Tendi Krishna. (2009). Majapahit Kingdom. Jakarta: Buana Cipta Pustaka.
  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.

https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/05/150000679/pemberontakan-sadeng-dan-keta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke