Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Syekh Yusuf: Asal Usul, Perjuangan, dan Pengasingan

Pada 1683, ia bersama Pangeran Purbaya dan Pangeran Kidul bergerilya untuk melawan Belanda di Tangerang. 

Karena Syekh Yusuf Tajul Khalwati dianggap menyulitkan Belanda, ia dibuang ke Sri Lanka yang kemudian dipindah ke Cape Town, Afrika Selatan.

Kendati demikian, Syekh Yusuf Tajul Khalwati tidak berhenti berdakwah. Ia juga merupakan salah satu yang menyebarkan dasar Islam di Afrika Selatan. 

Asal Usul

Syekh Yusuf Tajul Khalwati lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, 3 Juli 1626. Ia lahir dengan nama Muhammad Yusuf di Gowa. 

Sejak berusia 15 tahun, Syekh telah diberi pendidikan agama Islam oleh guru Kerajaan Gowa, Daeng Ri Tassamang di Cikoang. 

Sekembalinya dari Cikoang, Syekh Yusuf menikah dengan putri Sultan Gowa. Kemudian pada usia 18 tahun, Syekh Yusuf pergi ke Banten dan Aceh. 

Tahun 1644, Syekh Yusuf menunaikan ibadah haji dan tinggal di Mekah selama beberapa waktu. 

Di sana ia pun belajar dengan ulama terkemuka di Mekkah dan Madina. 

Perjuangan

Selama Syekh Yusuf menghabiskan waktunya di Mekah, Perusahaan Hindia Timur Belanda dan Inggris sedang berjuang menguasai wilayah Gowa, Makassar.

Hal ini disebabkan oleh perdagangan rempah-rempah dan emasnya yang menguntungkan. 

Ketika Yusuf ingin meninggalkan Mekkah pada 1664, Makassar telah dikuasai oleh Belanda, sehingga Yusuf tidak dapat kembali ke kampung halamannya. 

Sebaliknya, Syekh Yusuf justru pergi menuju Banten. Di sana ia disambut oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Yusuf tinggal di Banten selama 16 tahun hingga 1680.

Kala itu, Pangeran Hajji, putra dari Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perlawanan terhadap ayahnya. 

Sultan Ageng kemudian mengerahkan pasukannya, termasuk Yusuf pada 1683 untuk mengepung Pangeran Hajji. 

Ageng sempat dikalahkan namun ia berhasil meloloskan diri bersama sekitar 5000 rombongannya, salah satunya Yusuf. 

Namun, pada akhir tahun 1683, Ageng berhasil tertangkap, sedangkan Syekh Yusuf berhasil kabur untuk kedua kalinya dan melanjutkan perlawanan. 

Pengasingan

Pada 1684, Syekh Yusuf diminta untuk menyerah dengan janji pengampunan oleh Belanda. 

Namun, Belanda justru mengingkari janjinya dan justru menangkap Syekh Yusuf. Ia dipenjara di benteng Batavia.

Karena curiga Yusuf akan melarikan diri, ia kemudian dipindahkan ke Ceylon pada September 1684. 

Kemudian pada 27 Juni 1693, Syekh Yusuf dibuang ke Tanjung menggunakan Kapal Voetboeg. 

Yusuf bersama 49 pengikutnya, dua istri, dua selir, dan 12 anak diterima di Tanjung pada 2 April 1694 oleh Gubernur Simon van der Stel.

Mereka ditempatkan di pertanian Zandvliet, jauh dari Cape Town.

Penempatan yang jauh ini untuk meminimalisir pengaruhnya pada budak Dutch East India Company (DEIC). Sayangnya rencana tersebut gagal. 

Daerah tempat Yusuf tinggal justru menjadi tempat perlindungan bagi para budak. Selain itu, komunitas Islam kohesif pertama di Afrika Selatan juga didirikan di sana. 

Sejak saat itu, pesan Islam mulai disebarluaskan ke komunitas budak Cape Town.

Akhir Hidup

Syekh Yusuf meninggal dunia pada 23 Mei 1699. 

Para pengikut Yusuf pun menjadikan hari wafatnya sebagai hari peringatan.

Bahkan, Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan menyebutnya sebagai Salah Seorang Putra Afrika Terbaik. 

Jenazah Syekh Yusuf kemudian dibawa ke Gowa. Ia dimakamkan di Lakiung, pada April 1705. 

Untuk mengenang jasa-jasanya, pada 7 Agustus 1995, ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto berdasarkan SK Presiden No. 071/TK/1995.  

https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/20/140000479/syekh-yusuf--asal-usul-perjuangan-dan-pengasingan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke