Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hieroglif Mesir: Sejarah, Sistem Penulisan, dan Jenisnya

Hieroglif adalah aksara Mesir Kuno yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet.

Karakter tersebut terdiri atas gambar dalam bentuk manusia, hewan, atau benda, dan lambang tulisan (menyerupai gambar paku) yang bersifat rahasia atau sulit dipahami maknanya.

Ada juga sejenis hieroglif yang lebih sederhana atau hieroglif kursif, yang digunakan untuk menulis literatur keagamaan pada papirus (sejenis kertas di Mesir Kuno).

Kedua jenis hieroglif tersebut dipakai hingga sekitar tahun 400 masehi.

Hieroglif berasal dari bahasa Yunani, hieros yang artinya suci dan glufe berarti ukiran. Secara etimologis, hieroglif bisa diartikan sebagai ukiran suci.

Sedangkan Bangsa Mesir menyebutnya "aksara dewa", merujuk pada asal-usul tulisan hieroglif yang dipercaya berasal dari para dewa.

Sejarah hieroglif Mesir

Hieroglif Mesir merupakan salah satu sistem penulisan tertua yang diduga berkembang sejak sebelum kesusastraan tradisi artistik Mesir.

Hal ini dibuktikan dengan temuan simbol pada tembikar Gerzean dari tahun 4000 SM yang menyerupai penulisan hieroglif.

Sementara penggunaan tulisan hieroglif muncul dari sistem simbol di awal Zaman Perunggu, sekitar abad ke-32 SM, pada prasasti Narmer Palette yang ditemukan pada 1890-an.

Akan tetapi, tim arkeolog dari Jerman yang melakukan penggalian di Abydos (sekarang Umm el Qa'ab) pada 1998 menemukan sebuah makam dengan 300 pahatan nama yang diperkirakan dari abad ke-33 SM.

Sejauh ini, kalimat pertama dalam dalam aksara hieroglif yang bisa diuraikan berasal dari abad ke-28 SM, ditemukan di makam Seth-Peribsen di Umm el Qa'ab.

Hieroglif kemudian berkembang menjadi sistem penulisan yang digunakan pada prasasti-prasasti periode Kerajaan Baru Mesir (antara abad ke-16 SM hingga 11 SM).

Selama periode tersebut, telah digunakan 900 lambang hieroglif berbeda. Kemudian pada zaman Romawi Kuno, sudah terdapat lebih dari 5.000 hieroglif.

Pada abad ke-4, beberapa orang Mesir akhirnya mampu membaca hieroglif.

Namun, penggunaan hieroglif berhenti pada 391 masehi setelah penutupan seluruh gereja non-Kristen.

Perkembangan penulisan hieroglif Mesir

Pada awalnya, bentuk gambar tulisan hieroglif masih kasar, seperi yang digunakan oleh suku-suku primitif.

Masing-masing gambar mewakili objek alamiah, misalnya matahari digambarkan sebagai piringan, air digambarkan dengan garis gelombang, dan sebagainya.

Namun, penulisan seperti itu tidak dapat mewakili kata-kata atau objek yang tidak dapat dilihat, seperti misalnya pikiran atau hari.

Sehingga, hieroglif lebih dianggap sebagai simbol ide daripada sebuah gambar objek.

Piringan juga dapa diartikan hari, bukan hanya mewakili matahari.

Ide-ide tersebut disebut dengan ideogram.

Perkembangan selanjutnya adalah menggunakan gambar lebih untuk mewakili bunyi daripada mewakili objek sesungguhnya. Misalnya, daun dapat mewakili kata percaya.

Hieroglif yang digunakan sebagai bunyi seperti ini dikenal sebagai fonogram.

Dari fonogram, mereka mengembangkan satu seri tanda yang masing-masing mewakili satu huruf.

Setelah itu, mereka terus kerap menggabungkan ideogram, fonogram, dan picturegram (tulisan gambar).

Seiring berjalannya waktu, tulisan tersebut menjadi sangat rumit sehingga sulit dimengerti orang awam.

Sistem penulisan dan jenis hieroglif Mesir

Penulisan hieroglif dapat dimulai dari kanan ke kiri, kiri ke kanan, atau dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.

Simbol atau tanda yang sama terkadang bisa diinterprestasikan dalam berbagai macam cara, sebagai berikut:

1. Fonogram (Phonetic Reading)

Simbol dibaca dan dibuat sesuai dengan karakteristik visualnya. Misalnya, gambar dari mata dapat menjelaskan kata mata dan kata saya dalam bahasa Inggris (eye dan I).

Gambar mata disebut dengan fonogram dari kata I.

Bentuk fonogram dengan satu konsonan disebut mono atau uniliteral, dua konsonan disebut biliteral, dan tiga konsonan disebut triliteral.

Sementara 24 uniliteral disebut abjad hieroglif dan penulisan hieroglif Mesir normalnya tidak mengindikasikan huruf vokal seperti A, I, U, E, O.

2. Semantic Reading

Selain interpretasi fonetis, karakter atau simbol-simbol juga dapat dibaca maknanya, dalam hal ini logogram diucapkan (ideogram) dan semagram.

  • Logogram

Ketika digunakan sebagai logogram, hieroglif mendefinisikan objek yang berupa gambar.

  • Semagram atau determinatif

Semagram (simbol semantik yang menentukan makna) ditempatkan di akhir sebuah kata.

Referensi:

  • Piliang, Santo Saba. (2017). Lemuria Adlantis Nusantara: True Back History of Indonesia. Self Publishing & Printing: Santo Saba Piliang

https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/19/164657579/hieroglif-mesir-sejarah-sistem-penulisan-dan-jenisnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke