Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Musuh tapi Teman ala Inter Vs Milan, Rivalitas Sengit Tanpa Mematikan

KOMPAS.com - Derbi Milan antara Inter Milan vs AC Milan yang ke-225 sepanjang sejarah akan tersaji pada malam nanti.

Jadwal Liga Italia antara Inter vs Milan akan berlangsung pada pekan ke-23 Serie A, kasta tertinggi Liga Italia, pada Minggu (9/2/2020) atau Senin dini hari WIB.

Laga bertajuk Derby Della Madoninna akan kembali dihelat di stadion yang menjadi kandang kedua tim tersebut, yakni Stadion Giuseppe Meazza, San Siro.

Tak ada yang memungkiri bahwa Derbi Milan merupakan salah satu duel dengan rivalitas tersengit di dunia sepak bola.

Namun, di balik persaingan sengit itu, ada ikatan yang kuat antara Inter dan Milan.

Pada pertengahan Januari lalu, Kompas.com berkesempatan datang ke Milan, di sela-sela meliput program Garuda Select yang diadakan Mola TV.

Tak sekadar datang ke San Siro, Kompas.com dan sejumlah perwakilan media Tanah Air juga sempat menyaksikan laga Serie A antara Milan vs Udinese.

Saat itu, pertandingan dihelat di San Siro pada Minggu (19/1/2020) tengah hari waktu Italia.

Sekilas tak ada yang berbeda dengan suasana laga di San Siro dengan yang terjadi di Tanah Air.

Di sekitar stadion, ada banyak penjual jersey-jersey "KW" yang menjajakan dagangannya dengan harga yang lebih murah ketimbang versi asli.

Meski ketika itu sedang berlangsung laga kandang AC Milan, ternyata jersey KW yang dijual tidak hanya milik I Rossonerri.

Pasalnya, ada jersey-jersey KW milik tim lain, tak terkecuali seragam Inter Milan yang notabene rival sekota Milan.

Di Tanah Air, mungkin hampir mustahil menemukan ada penjual jersey KW Persib Bandung yang berani menjajakan dagangan saat laga Persija Jakarta. Demikian juga sebaliknya.

Namun, kondisi serupa bukan sesuatu yang aneh di Italia.

Seusai laga Milan vs Udinese, sempat ada pula seorang turis China yang meminta untuk berfoto bersama sekelompok Milanistri. Namun, permintaan tersebut ditolak. Karena turis tersebut ingin berfoto sembari menunjukan jersey Inter yang ia kenakan di balik jaket.

Namun, kejadiannya hanya sekedar cukup sampai di situ. Tak ada aksi berlebihan yang dilakukan sekelompok Milanisti tadi terhadap turis dengan kostum Inter tadi.

"Keanehan" tak cukup sampai di situ. Sebab, baik Inter maupun Milan ternyata mengelola satu toko aksesoris resmi di tempat yang sama.

Di San Siro, jersey versi asli dapat ditemukan di sebuah toko bernama San Siro Store.

Di dalam toko, pengunjung bisa menemukan jersey tidak hanya milik satu tim, tapi dua tim penguasa stadion terbesar di Italia itu.

Selain itu, di dalam Museum San Siro, pengunjung juga bisa menemukan jersey Inter bertuliskan nama Ibrahimovic, sebuah penghormatan klub pada pemain yang notabene kini sudah berpaling ke Milan.

Baik Inter dan Milan diketahui merupakan tim yang menjadi pengguna bersama San Siro.

Tak sekadar menyewa, keduanya juga menjadi pengelola stadion yang dimiliki pemerintah kota setempat itu.

Mungkin ada yang berpikir "keakraban" kedua tim ini lebih disebabkan penggunaan stadion yang sama milik pemerintah.

Namun, jika melihat rencana ke depan, penggunaan stadion yang sama masih akan dilakukan Inter dan Milan seandainya mereka nantinya berhasil membangun stadion sendiri.

Manajemen Inter dan Milan memang tengah menyusun rencana untuk pindah dari San Siro. Namun, bukan untuk membangun stadion sendiri-sendiri.

Kalaupun nantinya pindah, keduanya akan membangun stadion secara bersama-sama. Sebuah rencana yang sudah dikonfirmasi Presiden Milan Paolo Scaroni dan CEO Inter Alessandro Antonello, Juni 2019.

Jika melihat sejarahnya ke belakang, Milan Derby memang bukan duel dua tim sekota yang lekat dengan kekerasan, seperti halnya Derby Della Capitale antara AS Roma vs Lazio yang berada di Ibu Kota.

Derbi Milan bahkan kerap dijuluki sebagai friendly derby.

Dikutip dari Football Italia, dalam beberapa pertandingan, dua kelompok suporter tim bahkan bernyanyi bersama seperti yang sering mereka lakukan di Galleria Vittorio Emanuele II, sebuah pusat perbelanjaan tertua di Kota Milan.

"Bicaralah dengan pelayan, penjaga toko, sopir taksi, pengacara, atau perancang busana di Milan akhir pekan ini (jelang derbi), Anda akan mendapatkan cerita yang sama," tulis salah satu artikel di Football Italia.

"Tidak akan ada cerita kebencian, atau cerita mengenai kehebatan Milan ataupun keberhasilan Inter memenangi treble."

"Mungkin ada beberapa, tapi sebagian besar dilakukana orang asing. Karena yang Anda temukan adalah sebuah kota yang asyik, tidak terobsesi dengan di mana tim mereka sekarang."

Barbara Ballardini, salah seorang penggemar Milan yang menulis tesis tentang rivalitas kedua tim, menilai rivalitas Inter vs Milan memang sesuatu yang aneh.

Menurut Ballardini, tidak adanya latar belakang politik atau agama dalam rivalitas Inter vs Milan membuat Derbi Milan jauh dari kebencian dan kekerasan yang biasa melekat dalam sebuah rivalitas.

Mungkin secara mengejutkan, tidak adanya kekerasan juga berasal dari jaringan Ultras.

Ballardini mengatakan, adanya suporter yang tewas dalam rivalitas Inter vs Milan terjadi pada 1983.

Ketika itu, ada seorang suporter Inter yang tewas dalam sebuah huru hara yang terjadi seusai pertandingan.

"Para pemimpin Ultras kemudian berkumpul dan menyetujui semacam pakta non-perang di antara mereka," kata Ballardini, seperti dikutip dari FourFourTwo.

Kurangnya rasa permusuhan antara pendukung Inter dan Milan juga diakui Linda McCanna, seorang warga Inggris penggemar Manchester United yang menetap di Milan.

"Jika Anda penggemar Man City ataupun penggemar Liverpool dan berkeliaran di pub United, Anda mungkin akan menemukan sedikit masalah, terutama pada hari pertandingan," tutur McCanna.

"Di sini (Milan), mereka menyanyikan lagu satu sama lain di pertandingan, tetapi kemudian setelah itu mereka ke bar dan berbagi minuman."

"Mereka saling kenal, bekerja di tempat yang sama, dan tinggal di daerah yang sama," tutur McCanna.

Kurangnya rasa permusuhan antara pendukung Inter dan Milan juga membuat mereka banyak yang lupa alasan apa dan kapan mereka mulai menyukai klub idolanya.

Ketika ditanya dalam sebuah survei sosiologis, banyak yang menjawab lebih karena kesetiaan keluarga, tetapi ada 18 responden yang menjawab tidak bisa mengingat.

"Sebagai seorang gadis kecil, aku selalu suka mengenakan pakaian merah. Aku akan berpakaian seperti Milanisti di karnaval," kenang Ballardini.

Jawaban sama juga dilontarkan Andrea, seorang pemegang tiket musiman Inter yang sehari-hari berprofesi sebagai penasehat keuangan.

"Ketika saya masih kecil mereka (Inter) adalah klub legendaris," kata Andrea.

"Sekarang, meskipun kami belum memenangkan apapun selama bertahun-tahun, saya menyukai para penggemarnya."

"Mereka terkenal kritis, ya, tetapi ada banyak ironi diri dalam semua itu. Tapi itu menyenangkan," kata Andrea lagi.

Inter Lebih Suka Bermusuhan dengan Juventus?

Dari sekian banyak alasan di balik kurangnya rasa permusuhan antara pendukung Milan dan Inter, ada pendapat yang menyebut karena Inter lebih menyukai bermusuhan dengan Juventus.

Padahal Juventus bermarkas di Turin, kota berjarak sekitar 140 kilometer dari Milan.

Inter dan Juve terlibat rivalitas yang dinamakan Derby d'Italia. Jadi, ruang lingkup rivalitas keduanya lebih luas ke seluruh negeri, tak cuma batas kota semata.

"Bagi Inter, derbi adalah pertandingan yang sangat penting. Namun secara historis, melawan Juventus-lah semangat meningkat paling tinggi," kata Mario Corso, seorang pemain Inter di era 1960-an.

Corso, yang mencatat 414 penampilan liga untuk Inter, pun menceritakan pengalamannya tentang rivalitas dengan Juventus.

"Pada '65 kami menang 2-0 dan menyalip Milan untuk memenangi liga dan saya mencetak gol," kenang Corso.

"Itu adalah memori khusus. Tetapi setiap melawan Juve ada perasaan marah, selalu ada perasaan tidak enak setiap kalah dari Juve. Itu hampir seperti derbi," ujar Corso.

Kurangnya permusuhan antara Inter dan Milan semakin meluas ke transfer pemain.

Melihat ada pemain yang menyeberang bukan hal yang aneh, seperti yang terjadi pada Clarence Seedorf, Dario Simic, ataupun Andre Pirlo.

Ketika Milan terdegradasi ke Serie B pada 1982, mereka mengalami kondisi finansial yang sangat buruk. Ketika itu, Inter membantu mereka dengan meminjamkan tiga pemainnya.

Alberto Costa, koresponden Milan di Corriere della Sera, mengatakan bahwa berganti-ganti jersey dari Milan ke Inter atau sebaliknya, bukanlah semata-mata fenomena dalam industri sepak bola modern.

“Ada preseden. Ketika Milan terdegradasi ke Serie B pada tahun 1982 mereka secara finansial sangat buruk," kata Costa.

"Inter membantu mereka dengan meminjamkan mereka tiga pemain, Aldo Serena, Canuti, dan Pasinato. Mereka langsung kembali ke Serie A," ujar dia lagi.

Jadwal Siaran Langsung dan Link Live Streaming

Laga Inter vs Milan dijadwalkan akan ditayangkan oleh RCTI mulai pukul 02.45 WIB.

Selain RCTI, pertandingan Inter vs Milan juga bisa disaksikan di BeIN Sports 2.

Pertandingan di BeIN Sports bisa diakses lewat sejumlah aplikasi, seperti Maxstream maupun Vidio.

Sementara itu, untuk live streaming Inter vs Milan bisa diakses di link berikut >>> link 1

link 2

link 3

https://www.kompas.com/sport/read/2020/02/09/134000467/musuh-tapi-teman-ala-inter-vs-milan-rivalitas-sengit-tanpa-mematikan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke