Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggunaan Unggah-Ungguh Bahasa Jawa

Kompas.com - 08/03/2024, 20:30 WIB
Eliza Naviana Damayanti,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

Ngoko alus 

Ngoko alus boleh digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:

  • Digunakan untuk berkomunikasi antara mitra tutur yang statusnya sama, tetapi diantara mereka ada usaha saling menghormati.
  • Digunakan untuk berkomunikasi antara orang yang statusnya lebih tinggi tetapi mereka sudah sangat akrab.
  • Digunakan dalam bahasa tulis. Dengan contoh untuk menulis cerkak, iklan, ataupun essai.

Baca juga: Tingkatan Bahasa dalam Bahasa Jawa: Ngoko, Krama, Krama Inggil

Contoh

Fahri dan Rafli adalah kakak adik. Mereka sangatlah akrab. Fahri sangat menghormati kakaknya, sehingga dia selalu menggunakan ragam ngoko alus dalam berkomunikai sehari-hari.

Fahri: Raf, Mas Fahri arep menyang warung dhisik, ya. (Raf, Mas Fahri mau ke warung dulu, ya)

Rafli: Panjenengan tindak warung arep mundhut apa ta, Mas? (Kamu mau ke warung beli apa, Mas?)

Fahri: Aku mung arep tuku sabun, Raf. (Aku hanya ingin membeli sabun, Raf)

Rafli: Oh yawis, Mas. Nyuwun tulung yen wis rampung, Panjenengan tindak daleme Pakdhe saperlu mendhet bandeng titipan Ibu, Mas. (Oh yaudah, Mas. Minta tolong jika sudah selesai, kamu pergi ke rumah pakde untuk mengambil bandeng titipan Ibu, Mas)

Fahri: Ya, Raf. Wis ya, Mas mangkat dhisik. (Ya, Raf. Sudah ya Mas berangkat dulu)

Krama lugu 

Krama lugu boleh digunakan dengan ketentuan sebagai berikut:

  • Digunakan untuk berkomunikasi orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda tetapi derajatnya lebih tinggi.
  • Digunakan untuk berkomunikasi orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda yang statusnya sama, akan tetapi belum terlalu akrab.
  • Digunakan dalam bahasa tulis yang sifatnya umum, tidak terikat unggah-ungguh kepada orang lain.
  • Digunakan dalam pidato yang sifatnya umum, tidak terikat unggah-ungguh kepada orang lain.

Contoh

Bu Ayun adalah guru bahasa Jawa SMA 21, sedangkan Bu Esti adalah guru bahasa Jawa SMA 12. Keduanya pernah bertemu diacara seminar, tetapi mereka belum begitu akrab. Bu Ayun mengunjungi rumah Bu Esti untuk membicarakan lomba nembang Tingkat SMA.

Bu Ayun: Kula nuwun, Bu. (Permisi, Bu)

Bu Esti: Inggih. Mangga Bu. Mangga lenggah ngriki. (Silahkan, Bu. Silahkan duduk sini)

Bu Ayun: Inggih matur nuwun, Bu. (Iya terima kasih, Bu)

Bu Esti: Kados pundi adicara lomba nembang wulan ngajeng? (Bagaimana acara lomba nembang bulan depan?)

Bu Ayun: Lha inggih, Bu. Kula mriki badhe rembagan babagan menika. Adhedhasar rapat kalawingi, sampeyan ingkang dados juri lomba nembang, Bu. (Nah itu, Bu. Saya kesini ingin berdiskusi tentang hal itu. Berdasarkan rapat kemarin, kamu yang jadi juri lomba nembang, Bu)

Bu Esti: Oalah mekaten. Inggih, Bu. Boten menapa. (Oalah begitu. Iya, Bu. Tidak apa-apa)

Bu Ayun: Matur nuwun sampun purun dados juri lomba, Bu. (Terima kasih sudah bersedia menjadi juri lomba, Bu”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com