Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hitobashira, Manusia Dalam Pilar Untuk Persembahan Dewa

Kompas.com - 17/07/2021, 11:02 WIB
Silmi Nurul Utami,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pernahkah kamu mendengar istilah “tumbal proyek”? Tumbal proyek adalah istilah yang dipakai untuk seseorang yang dikorbankan agar konstruksi suatu bangunan atau jalan bisa berjalan dengan lancar.

Tahukah kamu bahwa istilah tumbal proyek tidak hanya berlaku di Indonesia saja, melainkan juga di Jepang.

Di Jepang, hal tersebut dikenal dengan nama hitobashiraHitobashira dalam bahasa Jepang secara harfiah berarti pilar manusia, hal ini merujuk pada manusia yang dikubur hidup-hidup dalam pilar bangunan untuk persembahan pada Dewa.

Pembangunan Kastil Maruoka

Kastil Maruoka adalah salah satu kastil tertua Jepang yang berada di Prefektur Fukui yang dibangun tahun 1576. Dilansir dari A History of Japan, ketika Shibata Katsutoyo (keponakan Shibata Katsuie) sedang membangun kastil Maruoka, tembok batu kastil itu terus runtuh tidak peduli berapa kali ditumpuk.

Sehingga seorang pengikutnya menyarankan untuk melakukan hitobashira. Seorang wanita tua bernama Oshizu dipilih sebagai persembahan untuk dewa.

Baca juga: Danau Maracaibo, Tempat Paling Elektrik di Bumi

Mengingat kehidupannya yang miskin, Oshizu setuju dikorbankan dengan syarat salah satu putranya diangkat menjadi samurai agar bisa hidup layak.

Pengorbanan dilakukan, Oshizu dikubur hidup-hidup dalam pilar utama Kastil Maruoka. Tragisnya, anak Oshizu tidak pernah diangkat menjadi samurai karena Shibata Katsutoyo dipindahkan ke perfektur lain.

Dilansir dari All About Japan, setiap bulan April (bulan Oshizu dikorbankan) parit kastil akan dibanjiri hujan dan penduduk menyebutknya sebagai “air mata kesedihan Oshizu”. Sehingga didirikanlah sebuah makan untuk menenangkan jiwa Oshizu yang marah.

Sejak kejadian itu, Kastil Maruokapun berdiri dengan kokoh. Kastil ini lolos dari kehancurah pada akhir periode Edo, selamat dari Perang Dunia II, namun rusak pada saat Gempa Fukui melanda Jepang tahun 1948.

Memorial di kaki Jembatan Matsue Ohashiwikimedia.org Memorial di kaki Jembatan Matsue Ohashi
Pembangunan Tanggul Mamuta

Hitobashira dimulai saat Jepang berada di bawah kekuasaan Kaisar Nintoku sekitar tahun 323 masehi.

Pada tahun kesebelas pemerintahan Kaisar Nintoku, Sungai Kitakawa dan Mamuta meluap mengakibatkan banjir ke pemukiman warga. Kaisar mengambil tindakan dengan membuat dua tanggul yang dinamakan tanggul mamuta.

Baca juga: Blue Lake, Danau Terjernih di Dunia

Namun, tanggul tersebut terus-menerus runtuh. Noritake Tsuda dalam buku Human Sacrifices in Japan (1918) menyebutkan Kaisar bermimpi bahwa ada seseorang bernama Kowakubi di provinsi Musahi dan Koromonoko di provinsi Kawachi yang harus dikorbankan pada kedua dewa sungai agar tanggul tersebut berhasil dibangun.

Kaisar memerintahkan penangkapan Kowakubi dan Koromonoko. Kowakubi yang hanya pasrah dan menangis kemudian dikorbankan dengan cara dibuang ke aliran sungai Kitakawa.

Namun Koromonoko lebih cerdas, ia membawa dua buah labu dan melemparkannya ke sungai sesaat sebelum ia dikorbankan.

Koromonoko kemudian mengatakan jika dewa tersebut memang sungguhan, maka dewa harus menenggelamkan labu tersebut. Namun labu tidak tenggelam dan hanya mengapung mengikuti aliran sungai, jadilah Koromonoko tidak jadi dikorbankan.

Baca juga: Mungkinkah Balon Udara Menggantikan Pesawat?

Namun tanggul tetap dibangun setelah pengorbanan Kowakubi. Tanggul tersebut tidak runtuh lagi seperti pembangunan-pembangunan sebelumnya.

Selain pembangunan Tanggul Mamuta dan Kastil Maruoka, beberapa bangunan di Jepang juga menurut legenda menggunakan praktik hitobashira. Bangunan-bangunan tersebut adalah Kastil Matsue, Jembatan Matsue Ohasi, dan Jembatan Sungai Nagara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Siapa Itu Parikesit?

Siapa Itu Parikesit?

Skola
Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Karakter Tokoh Wayang Kumbakarna

Skola
Mengenal Tokoh Rahwana

Mengenal Tokoh Rahwana

Skola
Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Tokoh Anoman dalam Pewayangan Ramayana

Skola
Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Mengenal Ukara Lamba Basa Jawa

Skola
Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Bedane Geguritan Gagrak Lawas lan Gagrak Anyar

Skola
Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Prinsip dan Macam-macam Tembang Jawa Tengahan

Skola
Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Pengertian, Ciri-ciri, dan Contoh Tembang Jawa Gedhe

Skola
Gaman lan Aji-Ajine Wayang

Gaman lan Aji-Ajine Wayang

Skola
Ratu, Negara, lan Patihe dalam Pewayangan

Ratu, Negara, lan Patihe dalam Pewayangan

Skola
Peran Siswa dalam Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaan

Peran Siswa dalam Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaan

Skola
Hubungan Antargatra

Hubungan Antargatra

Skola
Peran dan Ancaman dalam Membangun Integrasi Nasional

Peran dan Ancaman dalam Membangun Integrasi Nasional

Skola
Kesediaan Warga Negara untuk Melakukan Bela Negara

Kesediaan Warga Negara untuk Melakukan Bela Negara

Skola
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus

Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khusus

Skola
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com