Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sedih di Balik Kepunahan Burung Dodo

Kompas.com - 08/05/2021, 15:28 WIB
Silmi Nurul Utami,
Serafica Gischa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kehidupan di Bumi adalah sesuatu yang dinamis, selalu berubah seiring berkembangnya waktu dan zaman.

Awalnya Dinosaurus menjadi penghuni yang paling ditakuti di Bumi, namun mereka punah karena hantaman komet luar angkasa sekitar 66 juta tahun lalu.

Setelah itu kepunahan tisak pernah berhenti di Bumi, baik karena faktor alam maupun ulah manusia yang menduduki puncak rantai makanan di Bumi.

Salah satu kisah sedih kepunahan hewan yang terkenal adalah Burung Dodo dengan nama latin Raphus cucullatus.

Burung Dodo merupakan satwa endemik asal Mauritius, Kepulauan Mascarene yang berada di Samudra Hindia. Burung Dodo adalah saudara dari Burung Merpati.

Mauritius adalah pulau hutan hujan lebat yang terisolasi dari dunia luar. Di dalam Mauritius, burung Dodo berevolusi menjadi tidak bisa terbang dan hidup dalam ekosistem yang seimbang hingga ditemukannya Mauritinus oleh bangsa Barat.

Baca juga: Alasan Ikan Hiu Menyerang Manusia

Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), Burung Dodo pertama kali ditemukan oleh pelaut Belanda pada tahun 1598 menandakan awal kepunahan burung tersebut. Belanda menduduki Mauritius membuat pelabuhan dan pemukiman manusia di sepanjang pesisir pantainya.

Burung Dodo yang terisolasi seumur hidupnya tidak pernah melakukan kontak dengan manusia. Sehingga secara alami mendekati para pelaut ke pemukiman manusia dan berakhir dengan diburu.

Manusia tidak hanya mendirikan pemukiman, namun juga membawa berbagai spesies invansif ke pulau tersebut. Manusia membawa serta anjing, kucing, kera, bahkan tikus kapal ke Mauritius yang sebelumnya tidak terjamah.

Spesies tersebut sangatlah invansif, mereka masuk ke dalam hutan dan mengganggu ekosistem di dalamnya. Dilansir dari History of Yesterday, babi, kera, dan juga tikus menyerang sarang burung dodo dan memakan telurnya, melakukan predasi dengan sangat cepat.

Perburuan oleh manusia dan predasi oleh spesies invansif membuat burung dodo kewalahan, di mana kemampuan reproduksinya tidak dapat mengganti dodo yang dibunuh secara seimbang.

Baca juga: Apakah Fenomena Aurora Berbahaya?

Hal tersebut menggiring burung dodo pada kepunahannya seabad setelah Mauritius di invansi manusia yaitu pada tahun 1693.

Tragisnya, kepunahan burung dodo dianggap tidak berharga oleh para ilmuan pada abad tersebut. Bahkan burung dodo dikatakan pantas punah, mereka digambarkan dengan sangat gemuk, lambat, dan bodoh karena memiliki otak yang kecil.

Mereka digambarkan dengan tidak layak dan juga kepunahannya sama sekali tidak dianggap bahkan keberadaannya dianggap sebagai mitos belaka.

Ilmuan modern kemudian banyak meneliti Dodo karena merasa ada yang janggal dengan kepunahannya. Dua orang ahli peleotologi asal University Museum of Bergen bernama Hume dan Hanneke Meijer mendobrak stereotype burung dodo yang dianggap buruk.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com