KOMPAS.com - Kehidupan di Bumi adalah sesuatu yang dinamis, selalu berubah seiring berkembangnya waktu dan zaman.
Awalnya Dinosaurus menjadi penghuni yang paling ditakuti di Bumi, namun mereka punah karena hantaman komet luar angkasa sekitar 66 juta tahun lalu.
Setelah itu kepunahan tisak pernah berhenti di Bumi, baik karena faktor alam maupun ulah manusia yang menduduki puncak rantai makanan di Bumi.
Salah satu kisah sedih kepunahan hewan yang terkenal adalah Burung Dodo dengan nama latin Raphus cucullatus.
Burung Dodo merupakan satwa endemik asal Mauritius, Kepulauan Mascarene yang berada di Samudra Hindia. Burung Dodo adalah saudara dari Burung Merpati.
Mauritius adalah pulau hutan hujan lebat yang terisolasi dari dunia luar. Di dalam Mauritius, burung Dodo berevolusi menjadi tidak bisa terbang dan hidup dalam ekosistem yang seimbang hingga ditemukannya Mauritinus oleh bangsa Barat.
Baca juga: Alasan Ikan Hiu Menyerang Manusia
Dilansir dari Encyclopaedia Britannica (2015), Burung Dodo pertama kali ditemukan oleh pelaut Belanda pada tahun 1598 menandakan awal kepunahan burung tersebut. Belanda menduduki Mauritius membuat pelabuhan dan pemukiman manusia di sepanjang pesisir pantainya.
Burung Dodo yang terisolasi seumur hidupnya tidak pernah melakukan kontak dengan manusia. Sehingga secara alami mendekati para pelaut ke pemukiman manusia dan berakhir dengan diburu.
Manusia tidak hanya mendirikan pemukiman, namun juga membawa berbagai spesies invansif ke pulau tersebut. Manusia membawa serta anjing, kucing, kera, bahkan tikus kapal ke Mauritius yang sebelumnya tidak terjamah.
Spesies tersebut sangatlah invansif, mereka masuk ke dalam hutan dan mengganggu ekosistem di dalamnya. Dilansir dari History of Yesterday, babi, kera, dan juga tikus menyerang sarang burung dodo dan memakan telurnya, melakukan predasi dengan sangat cepat.
Perburuan oleh manusia dan predasi oleh spesies invansif membuat burung dodo kewalahan, di mana kemampuan reproduksinya tidak dapat mengganti dodo yang dibunuh secara seimbang.
Baca juga: Apakah Fenomena Aurora Berbahaya?
Hal tersebut menggiring burung dodo pada kepunahannya seabad setelah Mauritius di invansi manusia yaitu pada tahun 1693.
Tragisnya, kepunahan burung dodo dianggap tidak berharga oleh para ilmuan pada abad tersebut. Bahkan burung dodo dikatakan pantas punah, mereka digambarkan dengan sangat gemuk, lambat, dan bodoh karena memiliki otak yang kecil.
Mereka digambarkan dengan tidak layak dan juga kepunahannya sama sekali tidak dianggap bahkan keberadaannya dianggap sebagai mitos belaka.
Ilmuan modern kemudian banyak meneliti Dodo karena merasa ada yang janggal dengan kepunahannya. Dua orang ahli peleotologi asal University Museum of Bergen bernama Hume dan Hanneke Meijer mendobrak stereotype burung dodo yang dianggap buruk.
Dilansir dari The Atlantic, kedua ilmuan tersebut dalam jurnal berjudul Vertebrate of Peleontology mengungkapkan bahwa dodo adalah burung yang kokoh dan kuat dengan tulang kaki yang tebal dan panggul yang luas.
Baca juga: Fakta Unik Death Valley, Tempat Terpanas di Bumi
Dodo memiliki tempurung lutut yang kuat juga rusuk yang ramping, membuatnya bisa berlari dengan cepat dan bermanuver dengan lincah. Hal ini mematahkan anggapan bahwa burung dodo adalah burung yang gemuk juga lamban.
Studi berikutnya dilakukan oleh kelompok ilmuan dari American Museum of Natural History. Mereka mempelajari otak burung dodo dan menemukan bahwa dodo memiliki volume otak yang seimabang dengan besar tubuhnya.
Penemuan ini kembali mematahkan anggapan orang-orang abad ke-17 yang menganggap dodo adalah burung bodoh dan pantas punah.
Burung yang lincah, kuat, serta pintar tersebut selama ratusan tahun dianggap bodoh dan kepunahannya dianggap pantas.
Hal ini menyadarkan kita bahwa eksploitasi manusia yang tidak memperhatikan alam bisa berdampak buruk bagi makhluk hidup lain.
Baca juga: 5 Kota Hantu yang Ditinggalkan Penduduknya
Burung dodo yang kuat dan tangguh hidup terisolasi di Mauritas selama berabad-abad, namun musnah tanpa sisa di tanahnya sendiri hanya dalam kurun waktu kurang dari 100 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.