Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baju Sangkurat, Pakaian Adat Kalimantan Tengah

Kompas.com - 24/02/2021, 16:20 WIB
Ari Welianto

Penulis

KOMPAS.com - Baju Sangkarut merupakan pakaian adat yang menjadi ciri khas Provinsi Kalimantan Tengah.

Baju Sangkarut adalah baju tradisional masyarakat Suku Dayak Ngaju yang mendiami di wilayah Kalimantan Tengah.

Dilansir dari situs Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Baju Sangkarut dikenal juga Baju Basulau merupakan rompi yang dilapisi oleh sulau (kerang).

Sangkarut berasal dari kata "sangka" yang artinya pembatas. Di mana memiliki filosofi jika baju tersebut bisa membatasi dan menangkal setiap gangguan roh halus yang akan datang pada pemakaian.

Selain itu baju Sangkarut juga dipercaya bisa melindungi pemakaianya dari pengaruh orang-orang jahat.

Baca juga: Baju Kustin, Pakaian Adat Kalimantan Timur

Bahan baju Sangkarut

Baju adat Suku Dayak Ngaju tersebut terbuat dari bahan yang mengandung serat daun nanas, serat daun lemba, serat tenggang, dan serat nyamu.

Kulit nyamu (kulit daun lemba) merupakan kulit tumbuhan pinang puyuh yang banyak ditemukan di ekosistem hutan hujan tropis, seperti di Kalimantan.

Kulit tersebut memiliki struktur yang keras dan berserat, sehingga bisa dirajut dan dibentuk layaknya rompi.

Fungsi baju Sangkarut

Umumnya baju Sangkarut dipakai untuk perang. Di mana dengan memakai bahan-bahan azimat, orang yang memakai baju tersebut kebal akan senjata tajam atau senjata api.

Menurut sejarah, pada perang di Kuta Bataguh, kesatria Dayak Ngaju menggunakan baju tersebut dalam menghadapi pasukan musuh dari Negeri Sawang.

Baca juga: King Baba dan King Bibinge, Pakaian Adat Kalimantan Barat

Selain untuk baju perang, baju Sangkarut bisa juga digunakan untuk acara pernikahan dan itu sudah banyak dilakukan.

Saat ini baju Sangkurat sangat langka dan sulit dditemukan. Namun, dengan adanya ilmu tekstil dan teknologi di era modern masyarakat suku Dayak muali beralih ke jenis pakaian yang lebih nyaman untuk dipakai.

Bentuk baju Sangkarut

Model busananya sangatlah sederhana, berupa rompi yang bisa dipakai oleh laki-laki dan perempuan, tanpa hiasan apapun.

Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), rompi sederhana tersebut dalam bahasa Ngaju disebut sangkarut.

Celananya adalah cawat yang ketika dikenakan bagian depannya ditutup lembaran kain nyamu berbentuk persegi panjang yang disebut ewah.

Baca juga: Biografi Sayuti Melik, Pengetik Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Busana tersebut berwarna coklat muda seperti warna asli kayu, tidak diberi hiasan sehingga kesannya sangat alamiah.

Hiasan baju Sangkurat

Dalam pemakaiannya, laki-laki menambahkan aksesoris berupat ikat kepala yang disebut salutup hatue. Ikat kepala untuk perempuan disebut salutup bawi.

Biasanya baju Sangkarut dihiasi dengan lukisan dari cat alami atau berbagai macam hiasan, seperti tempelan kulit trenggiling, kancing, uang logam, manik-manik atau benda-benda magic (azimat).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com