Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir di Jakarta dari 1996 hingga 2007

Kompas.com - 24/02/2021, 11:10 WIB
Vanya Karunia Mulia Putri ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banjir di Jakarta sudah terjadi sejak Raja Purnawarman memimpin Kerajaan Tarumanegara. Curah hujan yang tinggi dan kanal yang bermasalah menjadi penyebab utama banjir di Jakarta sering terjadi pada masa pendudukan Belanda di Batavia.

Hingga saat ini banjir masih menjadi permasalahan utama ibu kota. Banyak upaya yang telah dilakukan Gubernur DKI Jakarta untuk mengatasi permasalahan ini.

Menurut Zaenuddin HM dalam buku Banjir Jakarta (2013), pada 1996 Jakarta kembali dilanda banjir besar. Seluruh bagian ibu kota terlihat seperti danau berwarna kecoklatan.

Tahukah kamu bagaimana banjir di Jakarta dari 1996 hingga 2007?

Banjir Jakarta pada 1996

Meluapnya air Sungai Ciliwung menjadi penyebab utama banjir Jakarta di tahun 1996. Banjir ini rupanya menjadi banjir terparah sejak 1985. Karena jumlah titik banjir, korban, kerusakan dan kerugiannya sangatlah banyak.

Puluhan ribu warga Jakarta dan ribuan rumah terendam banjir. Ketinggian airnya pun berkisar 1,5 meter hingga 4 meter. Bahkan akses transportasi pun juga ikut terhambat, jalanan macet, perjalanan kereta api diberhentikan dan pesawat mengalami delay.

Baca juga: Sejarah Banjir Jakarta dari Zaman Tarumanegara hingga Hindia Belanda

Kerugian banjir Jakarta pada 1996 diperkirakan mencapai triliunan rupiah. Enam orang tewas, tiga diantaranya meninggal dunia karena tersetrum listrik dan tiga lainnya meninggal karena terbawa arus banjir yang deras.

Para ahli mengatakan jika banjir Jakarta juga disebabkan oleh turunnya permukaan tanah akibat eksploitasi air tanah di Jakarta secara berlebihan. Hal ini ditunjukkan dengan sejumlah bangunan yang tidak tegak lurus lagi. Contohnya Menara Museum Bahari di Jalan Tongkol.

Banjir Jakarta pada 1999

Pada 1999, Jakarta kembali dilanda banjir. Ketinggian airnya berkisar 30 sentimeter hingga 50 sentimeter. Lagi-lagi curah hujan yang tinggi dan air kiriman dari Bogor menyebabkan Sungai Ciliwung dan sungai lainnya di Jakarta tidak bisa menampung air lagi.

Banjir kali ini memang tidak separah tahun sebelumnya (1996), namun banyak warga yang harus mengungsi lantaran rumah mereka terendam banjir.

Ketinggian air di dalam Rumah Sakit Atmajaya di Jalan Pluit Raya, Jakarta Utara, sampai Kamis (7/2/2002) masih belum surut. Sejak banjir menggenangi rumah sakit itu pada Sabtu lalu, seluruh pelayanannya dipindah ke Rumah Sakit St Carolus di daerah Salemba, Jakarta Pusat.Kompas/Johnny TG Ketinggian air di dalam Rumah Sakit Atmajaya di Jalan Pluit Raya, Jakarta Utara, sampai Kamis (7/2/2002) masih belum surut. Sejak banjir menggenangi rumah sakit itu pada Sabtu lalu, seluruh pelayanannya dipindah ke Rumah Sakit St Carolus di daerah Salemba, Jakarta Pusat.
Banjir Jakarta pada 2002

Jakarta kembali dilanda banjir besar pada 2002. Kali ini banjirnya lebih besar dan parah dibanding 10 tahun sebelumnya. Sekitar 42 kecamatan di Jakarta tergenang banjir, luas genangannya diperkirakan mencapai 24,25 persen atau sekitar 16.041 hektar dari total wilayah Jakarta.

Curah hujan yang tinggi menjadi penyebab utama banjir Jakarta pada 2002. Selain itu, kawasan Kali Angke (Kampung Poglar sampai Kanal Banjir di Jakarta Utara) yang belum dinormalisasi juga menambah parah banjir saat itu.

Saat banjir terjadi, diperkirakan 300 ribu masyarakat Jakarta mengungsi. Selain itu, banyak warga yang diserang penyakit, seperti diare dan demam. 

Banjir Jakarta pada 2007

Banjir yang melanda Jakarta pada 2007 merupakan banjir terparah dan terdahsyat selama kurun waktu tiga abad sejarah Jakarta. 60 persen lebih wilayah Jakarta terendam banjir. Banyak akses jalan yang terputus akibat genangan air banjir.

Baca juga: Sejarah Banjir Jakarta dari 1950 hingga 1994

Jakarta lumpuh total saat dilanda banjir pada 2007. Sekitar 320 ribu warga Jakarta diharuskan mengungsi dan 60 orang tewas karena terseret arus banjir, sakit dan tersetrum listrik. Total kerugian diperkirakan mencapai Rp 4,3 triliun.

Curah hujan yang tinggi selama tiga hari berturut-turut dan sistem drainase yang buruk menambah parah dampak banjir saat itu. Bahkan di beberapa lokasi, ketinggian air banjir mencapai 5 meter. 

Banyak daerah di Jakarta yang sebelumnya bebas banjir, pada 2007 ikut terendam banjir dan kondisinya sangat parah. Selain sistem drainase, daerah resapan air yang kian sedikit juga menjadi penyebab utama banjir kala itu.

Sutiyoso selaku Gubernur DKI Jakarta saat itu menyatakan Jakarta Siaga I Banjir. Situasi Jakarta saat itu sungguh memprihatinkan. Para masyarakat yang mengungsi atau berdiam di atap rumah hanya berharap pada bantuan pemerintah.

Aktivitas ekonomi lumpuh selama beberapa hari. Ratusan penerbangan dibatalkan, sekolah diliburkan, jalan tol dalam kota terputus dan jalanan Jakarta macet total.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com