Di mana pementasan yang dilakukan pada masa kuasa raja-raja Yogyakarta, terutama sebelum raja ke sembilan, dipercaya secara kuat untuk menyajikan tari Serimpi diatur oleh beberapa pengaturan.
Peraturan tersebut juga diterapkan pada pementasan-pementasan ritual kenegaraan, seperti ulang tahun dan peringatan naik tahta Sultan.
Baca juga: Contoh Penerapan Sila Kelima Pancasila
Tari Serimpi gaya Yogyakarta secara mendasar disusun dengan tiga unsur pokok, yakni gerak tari klasig gaya Yogyakarta, tata busana khas serimpi gaya Yogyakarta, dan tema cerita yang diambil dari sumber cerita dramatik baik Mahabarata, cerita Menak atau legenda Jawa lainnya.
Pada unsur gerak tari di dukung oleh iringan tari yang menjiwai garapan tarinya. Pola sajian srimpi terdiri dari tiga bagian, yakni maju gawang yang biasa disebut kapang kapang menuju tempat pentas.
Biasanya gerak kapang-kapang dilakukan seperti sikap jalan biasa dengan sikap lengan tertentu. Selanjutnya lihat uraian notasi tarinya.
Dalam melakukan gerak kapang kapang dalam maju gawang biasanya disertai dengan cara-cara berbelok ke kanan atau ke kiri, rangkaian gerak ini diakhiri dengan sikap duduk.
Bagian kedua merupakan tarian pokok. Pada tarian pokok digambarkan isi tema yang ingin disajikan.
Dalam inti cerita garapan tari berbentuk sajian perang antara dua tokoh yang diakhiri dengan adegan perang.
Baca juga: Contoh Penerapan Sila Pertama Pancasila
Gerak-gerak perangnya dilakukan dengan tempo yang agak lambat dan sangat ritmis, hingga tidak terkesan sebagai perang sungguhan.
Pada bagian ketiga dari struktur sajian tari Serimpi gaya Yogyakarta adalah mundur gawang. Di mana merupakan kebalikan dari bagian pertama (maju gawang).
Dalam proses gerak maju gawang, mundur gawang biasa dilakukan dengan gerak berjalan.
Ada pola dasar yang dipergunakan dalam tata busana para tari Serimpi. Pada mulanya menggunakan busana pengantin putri kebesaran.
Namun, pada perkembangannya sampai bentuk busana khas dengan kain seredan dan baju tanpa lengan.
Baca juga: Contoh Penerapan Sila Kedua Pancasila
Pendukung sajian koreografi serimpi adalah inti cerita yang biasanya diungkapkan melalui pembacaan narasi atau lebih akrab disebut pamaosan kandha.
Kandha sebagai satu ungkapan verbal bukan saja berisikan latar belakang pementasan beserta tujuan diadakan pergelaran, tapi juga berisi ringkasan cerita yang akan disajikan dalam tarian Serimpi.