KOMPAS.com - Rumah adat Tongkonan merupakan salah satu rumah tradisional masyarakat Toraja Provinsi Sulawesi Selatan.
Tongkonan adalah rumah adat orang Toraja yang merupakan sebagai tempat tinggal, kekuasaan adat, dan perkembangan kehidupan sosial budaya orang Toraja.
Dikutip dari buku Injil dan Tongkonan: inkarnasi, kontekstualisasi, transformasi (2008) karya Theodorus Kobong, Tongkonan berasal dari kata tongkon yang berati "duduk", "menyatakan belasungkawa".
Tongkonan berati tempat duduk, rumah, teristimewa rumah para leluhur, tempat keluarga bertemu untuk melaksanakan ritus-ritus adat secara bersama-sama, baik ART maupun ARS.
Bangunan Tongkonan bukan sekedar rumah adat, bukan sekedar rumah keluarga besar, tempat orang memelihara persekutuan kaum kerabat.
Apabila sepasang suami istri membangun rumah, pada prinsipnya sebuah Tongkonan telah lahir, walupun tidak dengan sendirinya setiap rumah harus menjadi Tongkonan.
Baca juga: Rumah Dulohupa, Rumah Adat Gorontalo
Model asli Tongkonan dibuat di langit ketiak Puang Matua dengan bantuan Pande Manarang dan Pande Paliuk membuat rumah dari besi di pusat langit.
Aluk yang menyangkut pembangunan rumah, yaitu upacara penahbisannya juga sudah ditentukan di langit.
Dasar Tongkonan adalah setiap pasangan suami istri harus membangun rumah sendiri yang kemudian dipelihara oleh keturunannya.
Rumah tersebut menjadi persekutuan bagi setiap orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan pendirinya khususnya keturunan dalam hubungan vertikal.
Melalui Tongkonan, orang Toraja dapat dengan mudah menyatakan identitasnya. Menurut tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi, tongkonan pertama yang dikenal adalah Benua Puan di Marinding yang didirikan oleh Tangdilino.
Tongkonan merupakan bangunan panggung persegi panjang. Tapi, yang terkenal dengan atapnya berbentuk perahu dengan buritan.
Baca juga: Rumah Walewangko, Rumah Adat Minahasa
Ada juga yang menyamakannya dengan tanduk kerbau. Bahkan atapnya terbuat dari daun kepala atau daun nipa, yang mampu bertahan hingga 50 tahun.
Dikutip dari buku Arsitektur Benteng dan Rumah Adat di Sulawesi (2018) karya Kasdar, dilihat dari sejarah pembuatan tempat tinggal masyarakat suku Toraja awalnya baru mengenal tempat tinggal dua tiang yang disanggakan dengan tebing dan kemudian beratapkan daun.
Setelah masa dua tiang kemudian mereka mengenal masa tiang yang dibuat berbentuk segitiga.