Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkurangnya Ketersediaan Ruang dan Lahan

Kompas.com - 26/11/2020, 15:31 WIB
Silmi Nurul Utami,
Rigel Raimarda

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bayangkanlah kamu berada didalam kelas dengan seluruh teman sekelasmu yang berjumlah 30 orang. Kalian dapat duduk di bangku masing-masing dan belajar dengan nyaman.

Lalu kemudian datang seorang murid pindahan kedalam kelasmu, bertambahlah satu orang lagi dalam kelas dan kelasmu masih terasa nyaman.

Namun bagaimana jika murid pindahan yang datang ada 30 orang? Kalian pasti akan berdesakan dalam ruang kelas. Kelas yang awalnya nyaman sekarang terasa sempit, jangankan untuk bermain dalam kelas, untuk dudukpun kalian harus berdesakan.

Hal tersebut sama dengan pertambahan penduduk jika migrasi masuk dan angka kelahiran sangat tinggi semantara tempat tidak akan meluas. Akibatnya penduduk yang padat juga tidak adanya lahan untuk pertanian ataupun perkebunan.

Baca juga: Cara Menyadarkan Masyarakat Agar Teknik Bertani Tanpa Pembakaran Lahan

Manusia membutuhkan rumah untuk tinggal dan juga lahan usaha agar dapat bertahan hidup. Dahulu Indonesia adalah negeri yang sangat hijau karena dipenuhi oleh hutan, sekarang sudah banyak mengalami perubahan.

Dilansir dari Mongabay, sejak tahun 1973 hingga 2010, lebih dari 30 persen hutan Klimantan telah dihancurkan untuk keperluan industri dan perkebunan kelapa sawit.

KOMPAS.com/SILMI NURUL UTAMI Degradasi hutan di Kalimantan

Daerah merah menunjukkan hutan yang telah dibabat dalam periode waktu 1973 hingga 2010. Hal ini membuat satwa liar seperti orang utan, gajah, dan badak kehilangan habitatnya dan mengalami penurunan populasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com