Jawaban: Pada 1934, Soekarno diasingkan ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Dalam buku Bung Karno dan Pancasila: Ilham dari Flores untuk Nusantara (2001), diceritakan betapa terpuruknya Soekarno ketika harus diasingkan.
Ia merasa Ende seperti ujung dunia. Ia dipisahkan dari perjuangannya dan teman-temannya.
Kehidupannya diawasi. Geraknya dibatasi. Hari-hari pertama di Ende merupakan saat-saat yang sama sekali tidak menggembirakan.
Saking kecewanya, Soekarno mengibaratkan dirinya sebagai elang yang yang sudah terpotong sayapnya sehingga tak lagi berdaya.
Baca juga: Mengapa Jepang Membebaskan Soekarno dari Penjara?
Soekarno menyatakan perandaian tersebut sebab sebelum diasingkan, ia merasa seperti burung elang yang besar dan perkasa.
Namun setelah diasingkan, ia tak bisa apa-apa. Ia tak bisa berkontribusi untuk perjuangan memerdekakan Indonesia.
Walau akhirnya Soekarno mampu bangkit kembali, saat itu ia merasa terpuruk sehingga mengibaratkan dirinya seperti elang yang terpotong sayapnya.
Soal: Berdasarkan tayangan tersebut, menurutmu mengapa Klub Tonil Kalimutu memiliki pementasan dengan ciri khas yang bersifat revolusi kemerdekaan?
Jawaban: Dalam buku Kisah Istimewa Bung Karno (2010), diceritakan Bung Karno mengisi waktunya dengan berbagai macam kesibukan untuk menekan kesepian dan keasingan karena hidup jauh dari temen-temen seperjuangannya.