Lewat Gerakan Tiga A ini, Jepang memanfaatkan tenaga bangsa Indonesia terutama para pemuda dalam menghadapi bangsa asing.
Para pemuda tersebut diberi berbagai pendidikan dan latihan militer dengan maksud agar tertanam semangat mendukung Jepang.
Baca juga: Dampak Positif Pendudukan Jepang
Untuk menarik bangsa Indonesia, Jepang membebaskan para pemimpin bangsa yang ditahan oleh Belanda, seperti Sukarno dan Moh. Hatta.
Pemerintah Jepang memberikan kesempatan bagi para pemimpin bangsa Indonesia untuk menduduki jabatan-jabatan penting yang sebelumnya hanya dikuasi orang Belanda.
Pada 1 Maret 1943, Jepang membentuk Putera dan dibentu di daerah-daerah.
Para pemimpin Putera adalah para pemimpin bangsa Indonesia, yakni Sukarno sebagai ketua yang dibantu oleh Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Manysur
Tujuan Putera dipimpin oleh para pemimpin bangsa Indonesia agar dukungan rakyat Indonesia semakin besar.
Lewat Putera, Jepang mengkampanyekan perayaan anti barat dan peningkatan kerja sama antara rakyat Indonesia dan Jepang.
Baca juga: Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
Jepang juga mmembentuk barisan pemuda, seperti Seinendan (barisa pemuda), Gakukotai (barisan pelajar sekolah lanjutan), Keibodan (barisan pembantu polisi).
Kemudian Heiho (barisan pembantu prajurit), dan Fujinkai (barisan wanita).
Barisan-barisan pemuda tersebut diberi pendidikan semi militer, bahasa, semangat dan tata krama Jepang.
Barisan tersebut untuk memperkuat kedudukan dan pertahanan wilayah Indonesia.
Pada Oktober 1943, Jepang membentuk PETA. PETA merupakan kesatuan militer yang sesungguhnya dan dilengkapi dengan persenjataan.
Pembentukan PETA diprakarsai Gatot Mangkupraja dan didukung Putera. Jepang pun menyetujui dengan harapan membantu kedudukan dan pertahanan.
Tapi akhirnya, PETA melakukan pemberontakan di mana-mana dan itu semakin mengancam kekuatan Jepang.
Baca juga: Kerja Rodi dan Romusha, Kerja Paksa Zaman Penjajahan