Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkembangan Politik Kerajaan Demak Masa Sultan Trenggono

Kompas.com - 05/03/2020, 19:00 WIB
Arum Sutrisni Putri

Penulis

Sumber Kemdikbud

Pemberontakan Aria Penangsang

Wafatnya Sultan Trenggono menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara bagian (kadipaten) banyak yang melepaskan diri dan tidak lagi mengakui kekuasaan pemerintahan pusat di Demak.

Para ahli waris di Demak saling berebut takhta sehingga timbul perang saudara yang hebat.

Bupati Jipang, Aria Penangsang memberontak sebab merasa lebih berhak mewarisi takhta. Alasannya, ayah Aria Penangsang yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen (kakak Trenggana) dibunuh oleh Pangeran Prawata (anak Sultan Trenggono).

Aria Penangsang membunuh Pangeran Prawata. Suami Ratu Kalinyamat, Pangeran Hadiri (adik Pangeran Prawata) juga dibunuh.

Situasi politik semakin kacau sehingga para bangsawan Demak menyingkir ke Jepara di bawah pimpinan Ratu Kalinyamat (cucu Raden Patah). Mereka bersumpah akan menuntut balas kepada Aria Penangsang.

Kerajaan Demak dikuasai oleh Aria Penangsang dan berkedudukan di Jipang. Ratu Kalinyamat bekerja sama dengan Bupati Pajang, Hadiwijaya (Jaka Tingkir) menyingkirkan Aria Penangsang.

Dengan pasukan yang kuat dan tipu daya, mereka berhasil menggagalkan pemberontakan Aria Penangsang yang akhirnya dibunuh oleh Hadiwijaya.

Baca juga: Perkembangan Politik Kerajaan Demak

Kerajaan Pajang

Setelah Aria Penangsang terbunuh, pusat pemerintahan Kerajaan Demak dipindahkan ke Pajang (1568). Sejak itu Kerajaan Demak tidak ada dan berdirilah Kerajaan Pajang.

Raja pertama Kerajaan Pajang adalah Sultan Hadiwijaya (menantu Sultan Trenggono, anak Ki Kebo Kenanga). Takhta Demak diserahkan pada Aria Pangiri (anak Sunan Prawata) sebagai bupati yang tunduk di bawah kekuasaan Pajang.

Perpindahan pusat pemerintahan kerajaan Islam dari pesisir ke daerah pedalaman menimbulkan gejala baru, yaitu:

  • Sultan Hadiwijaya bersama ayahnya (Kebo Kenanga) dan Syekh Siti Jenar ingin menghidupkan kembali budaya Majapahit yang bercampur paham teosofi melalui ajarah tasawuf yang heterodoks (sesat). Untuk mengembalikan kekuasaan raja yang mutlak. Paham itu ditentang para Wali Songo sehingga Syekh Siti Jenar dihukum mati.
  • Kerajaan Pajang lebih mengutamakan kehidupan bidang agraris dan kurang menaruh perhatian di bidang pertahanan dan perdagangan. Akibatnya, para pedagang asing lebih leluasa memasuki kota-kota dagang di Indonesia hingga posisinya makin kuat.
  • Daerah pesisir seperti Banten, Cirebon dan Gresik berusaha lepas dari kekuasaan Pajang dan berdiri sebagai kerajaan merdeka. Kerajaan Pajang tidak bertahan lama. Setelah Sultan Hadiwijaya wafat terjadi kekacauan. Sutawijaya yang membantu Hadiwijaya mengalahkan Aria Penangsang mengambil alih kekuasaan dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Kotagede (Mataram) pada 1582.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com