Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Kebudayaan Suku Jawa 

Oleh: Ani Rachman,Guru SDN No.111/IX Muhajirin, Muaro Jambi, Provinsi Jambi 

KOMPAS.com - Suku Jawa adalah suku bangsa yang banyak menempati pulau Jawa. Suku Jawa umumnya terdapat di daerah-daerah berdirinya kerajaan Mataram. 

Dilansir dari jurnal Makna Filosofoi Bedudukan di Desa Asempapan Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati (2020) oleh Ana Faridatul Munawaroh menyebutkan, masyarakat Jawa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup karena sejarah, tradisi, maupun agama. 

Hal ini dilihat dari ciri-ciri suku Jawa secara kekerabatan. Selain itu, ciri suku Jawa lainnya adalah berketuhanan. 

Sejak masa prasejarah, suku Jawa sudah memiliki kepercayaan animisme, yaitu kepercayaan adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-tumbuhan, hewan dan juga manusia sendiri. 

Dengan kepercayaan tersebut, kebanyakan suku Jawa menyebahnya dengan mengadakan upacara disertai sesaji. 

Sebelum masuknya agama-agama besar ke Indonesia, masyarakat Jawa sudah memiliki kepercayaan adanya Tuhan yang melindungi dan mengayomi mereka. Keberagaman ini semakin berkualitas dengan masuknya agama-agama besar tersebut. 

Ragam kebudayaan Jawa sangat banyak. Setiap kebudayaan Jawa mencerminkan kepribadian dan filsafat masyarakat Jawa. 

Ciri khas kebudayaan Jawa

Sama seperti suku lain di Indonesia, berikut ciri khas kebudayaan Jawa, di antaranya: 

Kepercayaan Suku Jawa 

Mayoritas masyarakat Jawa menganut agama Islam. Hal ini tampak dari bangunan tempat ibadah umat Islam yang ada di Jawa. 

Hanya saja masyarakat muslim Jawa dikategorikan ke dalam dua kultur, yaitu santri dan abangan. Kaum santri mengamalkan ajara agama sesuai syariat Islam murni, sedangkan kaum abangan menganut Islam meskipun dalam praktiknya masih ada Kejawen yang kuat. 

Dikutip dari buku Santri dan Abangan di Jawa (1988) oleh Zaini Muchtarom menyebutkan, abangan cenderung mengikuti sistem kepercayaan lokal yang disebut adat daripada hukum Islam murni. 

Tradisi 

Berikut beberapa tradisi kebudayaan Jawa, yaitu: 

  • Slametan 

Slametan diadakan hampir setiap kesempatan yang memiliki arti upacara bagi orang Jawa, seperti kehamilan, perkawinan, kematian, maulid, lebaran, panen, dan lain-lain. 

Slametan bertujuan untuk mencari tujuan selamat, tidak terganggu kesulitan apapun.

  • Sekaten 

Upacara Sekaten merupakan bentuk hormat masyarakat kepada Nabi Muhammad SAW yang sudah menyebarkan agama Islam. Upacara ini merupakan upacara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. 

Upacara sekaten dilaksanakan selama 7 hari. Saat ini upacara sekaten masih dilestarikan di Yogyakarta dan kota Solo. 

Bahkan ketika upacara Sekaten dimulai, pihak keraton di Surakarta mengeluarkan alat musik gamelan, yaitu gamelan Kyai Guntur Madu.

  • Tingkeban

Tingkeban merupakan keselamatan yang dilaksanakan ketika kehamilan pertama kali dan usianya sudah 7 bulan. Tingkeban disebut juga mitoni, yang berasal dari kata Pitu yang artinya tujuh. 

Dalam upacara, wanita yang sedang hamil dimandikan dengan air kembang setaman. Acara tersebut memiliki tujuan untuk memohon kepada Tuhan agar nanti bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat.

  • Tedak siten

Tradisi tedak siten adalah upacara selamatan yang dilakukan ketika bayi sudah mulai belajar berjalan. 

Upacara ini memiliki tujuan dasar yakni untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang maha esa. Bahasa syukur tersebut dilakukan karena telah diberikan nikmat kesehatan dan kesempurnaan fisik pada bayi.

Sistem kekerabatan 

Dalam masyarakat suku Jawa sistem kekerabatan didasarkan pada prinsip keturunan bilateral atau parental. Pengertian sistem kekerabatan parental yakni sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari kedua orang tuanya.

Suka baca tulisan-tulisan seperti ini? Bantu kami meningkatkan kualitas dengan mengisi survei Manfaat Kolom Skola

https://www.kompas.com/skola/read/2022/11/25/170000769/mengenal-kebudayaan-suku-jawa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke