Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Peradaban India Kuno

Di mana berpusat di Kota Mohenjodaro dan Harappa. Peradaban India Kuno diperkirakan sudah ada sekitar 2500 sebelum masehi.

Pada masa itu Kota Mohenjodaro dan Harappa sudah tertata rapi. Penduduk yang dari peradaban tersebut adalah bangsa Dravida.

Bangsa Dravida memiliki ciri-ciri tubuh pendek, hidung pesek, rambut keriting hitam dan kulit berwarna hitam.

Di mana bangsa Dravida telah membangun saluran pembuangan dengan dilengkapi saluran sanitasi.

Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), peradaban India disebut juga peradaban lembah Indus atau peradaban Harappa. Peradaban tersebut diperkirakan sudah ada sekitar 2500-1700 sebelum masehi.

Peradaban Indus diketahui terdiri dari dua kota besar, Mohenjodaro dan Harappa, dan lebih dari 100 desa. Dua kota tersebut awalnya masing-masing sekitar 1 mil atau 1,6 kilometer persegi.

Tata kota

Dalam buku India Kuno (2008) karya Maryani, pada saat itu Kota Mohenjodaro berkembang menjadi kota seperti halnya Mesopotamia, Mesir Kuno dan Yunani.

Mohanjodaro memiliki arti gundukan mati. Letak Mohanjodaro berada di Provinsi Sindh, tepatnya di atas daerah Pleistocene dan ditengah dataran Sungai Indus.

Pada saat itu Dataran Sungai Indus merupakan kawasa yang menonjol dan terkemuka dari peradaban lembah Sungai Indus.

Pada masa lampau Mohenjodaro adalah salah satu pusat administrasi peradaban Lembah Sungai Indus.

Selain itu juga menjadi salah satu kota yang berkembang pesat di Asia Selata. Perencanaan dan keahlian teknik menunjukkan kepentingan kota bagi penduduk.

Di sana memiliki kontruksi bangunan yang memukau dan mempertimbangkan karya seni. Bangunan tersebut mempunyai tata letak berdasarkan pada jalur jalan dalam pola yang sempurna.

Bangunan fasilitas umum juga menunjukkan organisasi sosial tingkat tinggi. Kota Mohenjodaro dibangun dengan perencanaan kota yang teratur.

Di mana memenuhi persyaratan kesehatan dan keindahan. Pembagian kota dilakukan menjadi blok-blok berbentuk bujur sangkat atau persegi panjang.

Di sana rumah-rumah dibangun di tepi jalan raya dan pintu rumah menghadap ke jalan. Jalan-jalan dibangun dengan teratur dan lurus. Lebar jalan 10 meter dan dibuat semacam ada trotoar.

Adanya saluran air yang mengalir di bawah jalan dan langsung menuju ke sungai. Kamar-kamar rumah penduduk dilengkapi jendela yang lebar sehingga sirkulasi udara lancar.

Saluran pembuangan limbah dari kamar mandi dan jamban dihubungkan langsung dengan jaringan saluran umum.

Sistem pertanian dan ekonomi

Peradaban hidup dengan pertanian, ditambah dengan perdagangan yang cukup besar. Gandum dan kacang polong ladang, wijen, dan beberapa batu kurma juga telah ditemukan, serta beberapa jejak kapas paling awal yang diketahui.

Peradaban Indus tampaknya berevolusi dari desa-desa tetangga yang menggunakan model pertanian irigasi Mesopotamia.

Dengan ketrampilan masyarakat yang cukup untuk menuai keuntungan dari lembah Sungai Indus yang luas dan subur. Fungsi sungai adalah sebagai alat transportasi perdagangan serta irigasi.

Kegiatan perdagangan tidak hanya di lembah sungai Indus saja tapi hingga ke luar wilayah dengan berhubungan dagang dan pelayaran di kawasan Asia Barat.

Itu didasarkan pada penemuan materai-materai tanah liat yang menggunakan tulisan gambar ternyata sama dengan benda sejenis yang ditemukan di Mesopotamia.

Mereka juga mampu mengendalikan banjir yang terjadi setiap tahunnya. Setelah memperoleh pijakan yang aman di dataran dan menguasai masalah yang lebih mendesak peradaban baru, dengan populasi yang bergizi baik dan terus meningkat.

Kehidupan masyarakat

Dikutip situs Kementerian pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sebenarnya agak sulit untuk mengurai mengenai kehidupan masyarakat lembah Sungai Indus.

Namun berdasarkan peninggalan reruntuhan bangunan Kota Mohenjodaro dan Harappa mencerminkan tata kota yang modern dan memiliki pemerintah yang teratur, maju, dan makmur.

Di sana juga ditemukan benteng tembok yang di dalamnya terdapat bangunan gudang, bangsal pertemuan dan pemandian umum.

Besar kemungkinan tempat tersebut merupakan pusat pemerintahan.  Pada bangunan gudang berfungsi sebagai penyimpanan hasil panen.

Pemandian umum penggunaannya dimungkinkan untuk mandi pejabat-pejabat. Sementara bangsal pertemuan fungsinya jelas untuk pertemuan para penguasa dan aparat pemerintahan guna merencanakan dan mengatur jalannya pemerintahan.

Kepercayaan Masyarakat Lembah sungai Indus

Kepercayaan masyarakat di lembah Sungai Indus memuja dewa-dewa (polyhteisme). Pemujaan-pemujaan tersebut disertai juga dengan kegiatan ritual atau upacara keagamaan.

Pemujaan tersebuat sebagai tanda tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian.

Jenis pemujaan kepada dewa dikelompokan menjadi tiga macam, yakni:

Pemujaan terhadap dewa-dewa

Dewa yang menempati urutan pertama adalah Dewi Ibu atau Dewi Alam (Mother God dess atau Nature Goddess). Di setiap desa, Dewi alam dianggap sebagai pelindung dan dikenal dengan berbagai nama misalnya Mata, Amba, Amma, Kali dan Karali.

Pemujaan terhadap hewan

Pemujaan terhadap hewan adalah hewan-hewan cerita, hewan penjaga kota dan hewan biasa.

Pemujaan terhadap pohon

Pemujaan terhadap pohon merupakan pemujaan pohon yang dianggap keramat, seperti pohon pipal (beringin). 

https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/29/113000769/sejarah-peradaban-india-kuno

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke