Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Raya Nyepi: Sejarah dan Prosesinya

Pada perayaan Hari Raya Nyepi, tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum.

Sejarah Tahun Saka

Dilansir situs Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), hari suci atau hari raya merupakan hari yang diperingati secara istimewa berdasarkan keyakinan umat.

Hari suci atau hari raya mempunyai makna dan fungsi yang sangat penting sebagai penuntun dalam mengarungi dunia kehidupan.

Hari Raya Nyepi merupakan hari raya yang dilaksanakan setiap tahun, yaitu sehari setelah  Tileming Sasih Kesanga.

Sejarah mencatat tentang perkembangan lahirnya tahun saka adalah di India. Pada saat itu di India banyak terdapat suku-suku bangsa dan mereka saling bermusuhan karena ingin menguasai dan menjajah daerah lain.

Suku-suku bangsa tersebut seperti Saka (Scythia), Pahlawa (Parthia), Yueh-chi, Yawana dan Malawa. Mereka berkeinginan saling menundukan satu sama lain dan silih berganti dapat menguasai.

Saat Suku Saka mengalami masa jaya dan digdaya mampu mengalahkan dan menundukan suku-suku bangsa lainnya.

Suku bangsa Saka adalah suku bangsa pengembara yang terkenal dengan ramah dan riang dalam menghadapi tantangan hidup.

Suatu saat suku bangsa Saka terdesak oleh suku-suku lain. Kemudian suku bangsa Saka membuat strategi baru dari perjuangan politik dan militer menjadi kebudayaan.

Karena suku bangsa Saka terkenal dengan kebudayaan yang tinggi benar-benar memasyarakatkan dan diketahu oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pada 78 masehi, seorang dari Dinasti Kusana bernama Raja Kaniska naik tahta. Raja Kaniska merupakan raja yang bijaksana.

Pada hari Minma tanggal 21 Maret 79, Purnama Waisak kebetulan gerhana bulan menetapkan panchanga atau kalender sistem Saka.

Itu untuk mengenal kejayaan dari hari tahunan Saka, merupakan tonggak sejarah yang mampu menutup permusuhan terjadi antara suku-suku.

Tahun Baru Saka bermakna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional.

Berkembang

Masuknya agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia membawa perubahan yang sangat mendasar bagi bangsa Indonesia terkena pengaruhnya dan menerima Hari Raya Nyepi sebagai Tahun Baru Saka.

Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi dengan tidak melaksanakan aktivitas duniawi apa pun. Hidup tanpa aktivitas fisik, ini dimaksud adalah untuk memadamkan kobaran api indriya atau nafsu.

Karena suasananya yang khas yaitu sepi atau sunyi, maka disebut sebagai Hari Raya Nyepi.

Prosesi pelaksanaan

Prosesi pelaksanaan peringatan Hari Raya Nyepi sebagai berikut:

Melasti atau mekiyis

Di Bali, Hari Raya Nyepi didahului dengan upacara melasti atau mekiyis ke tempat-tempat yang dianggap suci, seperti mata air, sungai, danau, dan laut.

Pelaksanaan upacara melasti disesuaikan dengan desa, kala dan patra. Upacara melasti bertujuan untuk menyucikan buana agung dengan membuang segala kotoran bumi serta mengambil Tirta Amerta Sehan.

Tawur Agung atau Mecaru

Sebelum Hari Raya Nyepi dilaksanakan tawur atau caru yang dilanjutkan dengan acara ngerupuk atau menjaga-jaga.

Tawur diartikan sebagai membayar atau mengembalikan sari-sari alam yang telah dihisap dan digunakan manusia.

Tujuan tawur adalah untuk kembali menyeimbangkan sari-sari alam dengan melakukan persembahan kepada Bhuta. Sehingga tidak menganggu manusia dan bisa hidup secara harmonis atau berdampingan.

Nyepi Sipeng

Setelah melaksanakan melasti dan tawur, proses selanjutnyaa Nyepi yang merupakan puncak dari Hari Raya Nyepi. Di mana umat Hindu melaksanakan brata penyepian selama 24 jam.

Pada saat itu umat Hindu tidak boleh melakukan berbagai aktivitas fisik selain yang berguna untuk penyucian jiwa. Pada Nyepi Sipeng dengan melakukan catur brata penyepian, yakni:

  1. Amati karya, tidak menyalakan api termasuk memasak. Itu adalah melakukan upawasa (puasa).
  2. Amati geni, tidak bekerja. Itu berati menyepikan indria.
  3. Amati lelungaan, tidak bepergian. Makna mengistrahatkan badan.
  4. Amati lelanguan, tidak mencari hiburan.

Ngembak Geni

Satu hari setelah Nyepi Sipeng dilanjutkan dengan Ngembak Geni.

Di mana dengan melakukan kunjungan ke rumah saudara, atau tetangga dan di dalam ruang yang lebih luas diadakan acara Dharma Santi.

Dalam buku Nyepi: Kebangkitan, Toleransi dan Kerukunan (2001) karya Nyoman S. Pendit, sejak Tahun Baru Saka I pada 78 masehi sampai sekarang hingga nanti.

Setiap tahun umat Hindu senantiasan diingatkan agar dalam melaksanakan tugas hidup sehari-hari selalu memegang teguh sikap toleransi dan rukun dengan umat agama lain.

Dengan demikian tepatlah jika Hari Raya Nyepi diangungkan sebagai hari kebangkitan, toleransi, dan kerukunan.

https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/25/080000169/hari-raya-nyepi-sejarah-dan-prosesinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke