Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satwa Primata Penghuni Pulau Terpadat di Indonesia

Kompas.com - 29/12/2023, 09:34 WIB
BRIN,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Terdapat variasi sub-populasi di Jawa yaitu populasi yang berwarna cenderung hitam di area Jawa bagian barat, dan populasi dengan warna lebih cerah di bagian timur pulau Jawa.

Baca juga: Jenis Kukang yang Salah Satunya Disebut Primata Berbisa di Dunia

 

Yang menarik pada bayi yang baru lahir memiliki rambut berwarna oranye dan akan berubah menjadi hitam seiring dewasa.

Satwa ini cenderung menyukai habitat hutan dimana biasanya mereka hidup berkelompok antara 5 – 20 ekor. Lutung budeng dijumpai mulai dari hutan pantai, hutan sekunder, dan hutan primer sampai ketinggian 3500 mdpl.

Pakan alaminya meliputi daun-daunan, bunga, larva serangga, dan buah sehingga berperan penting dalam penyebaran biji dan regenerasi vegetasi hutan.

Owa Jawa (Hylobates moloch) adalah spesies primata endemik pulau Jawa yang dapat dijumpai di area hutan daerah Jawa Barat sampai Jawa Tengah. Aktif pada siang hari (diurnal) dan selalu berada di atas pepohonan (arboreal).

Spesies ini adalah satwa yang setia dan hanya memiliki satu pasangan tetap (monogami). Spesies ini dapat dikenali dari tubuhnya yang berwarna abu-abu keperakan, tidak memiliki ekor, serta tangannya yang lebih panjang dari kaki.

Owa Jawa bersifat teritorial yang artinya mempertahankan daerahnya dari kelompok lain yang biasanya ditandai dengan suara/vokalisasi yang khas. Hidup dalam kelompok kecil yang berjumlah 3-5 ekor.

Baca juga: Mengenal Owa Ungko, Primata Endemik Indonesia yang Setia pada Satu Pasangan

 

Owa jawa bergerak dengan cara berayun dari pohon ke pohon menggunakan tangannya yang panjang. Primata ini berperan sebagai pemencar biji dan pengendali populasi serangga dalam ekosistem.

Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) menaiki pohon saat habituasi sebelum pelepasliaran kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Bogor, Jawa Barat, Minggu (20/12/2020). Pelepasliaran ini terlaksana atas kerja sama Balai Besar KSDA Jawa Barat, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi (IAR) Indonesia. Kukang yang dilepasliarkan terbagi ke dalam dua tahap. Tahap pertama sebanyak 15 individu sudah dilaksanakan pada Selasa (15/12/2020) dan tahap kedua sebanyak 15 individu dilaksanakan pada Minggu (20/12/2020).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) menaiki pohon saat habituasi sebelum pelepasliaran kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Bogor, Jawa Barat, Minggu (20/12/2020). Pelepasliaran ini terlaksana atas kerja sama Balai Besar KSDA Jawa Barat, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi (IAR) Indonesia. Kukang yang dilepasliarkan terbagi ke dalam dua tahap. Tahap pertama sebanyak 15 individu sudah dilaksanakan pada Selasa (15/12/2020) dan tahap kedua sebanyak 15 individu dilaksanakan pada Minggu (20/12/2020).

Kukang Pukang atau sering disebut juga Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) merupakan primata endemik Jawa yang beraktivitas pada malam hari (nokturnal), dan suka menyendiri (soliter).

Primata ini memiliki warna dominan cokelat dengan variasi putih-abu-abu dengan garis/strip cokelat tua pada kepala yang menyambung dengan garis punggung. Panjang tubuh berkisar 30–38 cm dengan bobot dewasa 0,7–1 kg.

Memiliki mata bulat besar yang khas dan gerakan yang lambat sehingga sering disebut Slow Loris, selain itu kukang juga dikenal sebagai satu-satunya primata yang memiliki bisa/racun.

Spesies ini berperan sebagai penyebar biji, penyerbuk bunga, dan pengendali populasi serangga dalam ekosistem.

Baca juga: Mengenal Bekantan, Primata Asli Borneo yang Sedang Melawan Kepunahan

Ilustrasi Lutung Surili (Presbytis comata)Shutterstock/ abcwildlife Ilustrasi Lutung Surili (Presbytis comata)

Lutung Surili memiliki nama ilmiah Presbytis comata merupakan primata pemakan daun yang tinggal di hutan-hutan di Pulau Jawa. Spesies ini memiliki rambut berwarna hitam keabu-abuan dengan corak keputihan yang jelas di bagian depan tubuhnya.

Hidup dalam koloni yang berjumlah 5 - 20 ekor. Ketika bergerak diantara cabang pohon biasanya mengelurakan suara yang khas dan mudah dikenali seperti “rek-rek-rek-rek” sehingga sering disebut Rek-rekan di Jawa Tengah.

Pakan alaminya berupa dedaunan, bunga, tunas, buah, ranting muda, dan biji-bijian sehingga memiliki peran dalam penyebaran biji dan regenerasi vegetasi di habitatnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com