Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satwa Primata Penghuni Pulau Terpadat di Indonesia

Kompas.com - 29/12/2023, 09:34 WIB
BRIN,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Oleh: Eko Sulistyadi

PULAU Jawa, tercatat sebagai pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia bahkan di dunia.

Namun demikian Pulau Jawa ternyata menyimpan kekayaan alam yang luar biasa dan merupakan rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna yang menarik, salah satunya adalah satwa primata.

Baca juga: Kok Tubuh Manusia Tak Punya Bulu seperti Primata Lain?

 

Keberadaan berbagai spesies primata di alam seringkali luput dari perhatian kita, di sisi lain populasinya semakin terdesak akibat pertumbuhan penduduk dan alih fungsi hutan.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, salah satunya melalui media yang dinilai sangat efektif di era digital ini.

Menelusuri keberadaan spesies primata di alam tentu menarik bagi banyak orang sekaligus dapat menumbuhkan kesadaran lingkungan. Dari sana kita bisa belajar lebih mengenai peran dan fungsi satwa primata dalam keseimbangan ekosistem.

Kesadaran yang terbangun inilah diharapkan menjadi salah satu kunci kelestarian satwa primata dan habitatnya serta keseimbangan ekosistem pulau Jawa secara menyeluruh.

Berdasarkan sebaran alaminya, pulau Jawa dihuni oleh lima spesies primata yaitu Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Lutung Budeng (Trachypithecus auratus), Lutung Surili (Presbytis comata), Kukang Pukang (Nycticebus javanicus), dan Owa Jawa (Hylobates moloch).

Untuk lebih memahami keberadaan dan peran mereka, mari kita berkenalan satu persatu.

Monyet Ekor Panjang (MEP) yang memiliki nama ilmiah Macaca fascicularis merupakan spesies yang paling banyak dikenal karena sering dijadikan satwa atraksi topeng monyet.

Spesies ini mudah dikenali dari warna rambutnya yang dominan abu-abu cokelat dengan warna putih di bagian dada dan perut, serta ekor yang lebih panjang dari tubuhnya.

Baca juga: Apakah yang Membuat Kita Menjadi Manusia dan Bedanya dengan Primata?

Di alam, MEP hidup berkelompok dengan jumlah puluhan individu dan dipimpin oleh pejantan utama (alfa). Mereka sering dijumpai berada di tepi hutan, perkebuman, areal pertanian, dan tidak jarang berinteraksi dengan manusia sehingga sering dianggap sebagai “pengganggu”.

Satwa ini sangat adaptif dan memiliki jenis pakan yang beragam (omnivora), diantaranya buah, tunas, daun, umbi, serangga, dan juga kepiting sehingga sering disebut crab-eating macaque.

Secara ekologis, MEP berperan dalam proses pemencaran biji dan regenerasi vegetasi hutan terutama pada area yang terdegradasi.

Lutung jawa terlihat di kawasan hutan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (14/10/2020).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Lutung jawa terlihat di kawasan hutan Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (14/10/2020).

Lutung Budeng sering disebut juga Lutung Jawa, memiliki nama ilmiah Trachypithecus auratus yang termasuk Famili Cercopithecidae. Ciri utamanya adalah warnanya yang dominan hitam dengan ekor yang panjang dan tumpul di ujungnya.

Terdapat variasi sub-populasi di Jawa yaitu populasi yang berwarna cenderung hitam di area Jawa bagian barat, dan populasi dengan warna lebih cerah di bagian timur pulau Jawa.

Baca juga: Jenis Kukang yang Salah Satunya Disebut Primata Berbisa di Dunia

 

Yang menarik pada bayi yang baru lahir memiliki rambut berwarna oranye dan akan berubah menjadi hitam seiring dewasa.

Satwa ini cenderung menyukai habitat hutan dimana biasanya mereka hidup berkelompok antara 5 – 20 ekor. Lutung budeng dijumpai mulai dari hutan pantai, hutan sekunder, dan hutan primer sampai ketinggian 3500 mdpl.

Pakan alaminya meliputi daun-daunan, bunga, larva serangga, dan buah sehingga berperan penting dalam penyebaran biji dan regenerasi vegetasi hutan.

Primata endemik, Owa Jawa (Hylobates moloch) melompat di antara pepohonan di Hutan, Kampung Cimaranginan, Desa Lengkong, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (8/11/2020). Owa jawa (Hylobates moloch) merupakan salah satu spesies endemik yang masuk kategori Endangered dalam International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Red List of Threatned Species. Jumlah owa jawa diperkirakan populasinya pada kisaran 1.000 hingga 2.000 ekor.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Primata endemik, Owa Jawa (Hylobates moloch) melompat di antara pepohonan di Hutan, Kampung Cimaranginan, Desa Lengkong, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (8/11/2020). Owa jawa (Hylobates moloch) merupakan salah satu spesies endemik yang masuk kategori Endangered dalam International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Red List of Threatned Species. Jumlah owa jawa diperkirakan populasinya pada kisaran 1.000 hingga 2.000 ekor.

Owa Jawa (Hylobates moloch) adalah spesies primata endemik pulau Jawa yang dapat dijumpai di area hutan daerah Jawa Barat sampai Jawa Tengah. Aktif pada siang hari (diurnal) dan selalu berada di atas pepohonan (arboreal).

Spesies ini adalah satwa yang setia dan hanya memiliki satu pasangan tetap (monogami). Spesies ini dapat dikenali dari tubuhnya yang berwarna abu-abu keperakan, tidak memiliki ekor, serta tangannya yang lebih panjang dari kaki.

Owa Jawa bersifat teritorial yang artinya mempertahankan daerahnya dari kelompok lain yang biasanya ditandai dengan suara/vokalisasi yang khas. Hidup dalam kelompok kecil yang berjumlah 3-5 ekor.

Baca juga: Mengenal Owa Ungko, Primata Endemik Indonesia yang Setia pada Satu Pasangan

 

Owa jawa bergerak dengan cara berayun dari pohon ke pohon menggunakan tangannya yang panjang. Primata ini berperan sebagai pemencar biji dan pengendali populasi serangga dalam ekosistem.

Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) menaiki pohon saat habituasi sebelum pelepasliaran kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Bogor, Jawa Barat, Minggu (20/12/2020). Pelepasliaran ini terlaksana atas kerja sama Balai Besar KSDA Jawa Barat, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi (IAR) Indonesia. Kukang yang dilepasliarkan terbagi ke dalam dua tahap. Tahap pertama sebanyak 15 individu sudah dilaksanakan pada Selasa (15/12/2020) dan tahap kedua sebanyak 15 individu dilaksanakan pada Minggu (20/12/2020).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Primata Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) menaiki pohon saat habituasi sebelum pelepasliaran kembali ke habitatnya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Bogor, Jawa Barat, Minggu (20/12/2020). Pelepasliaran ini terlaksana atas kerja sama Balai Besar KSDA Jawa Barat, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi (IAR) Indonesia. Kukang yang dilepasliarkan terbagi ke dalam dua tahap. Tahap pertama sebanyak 15 individu sudah dilaksanakan pada Selasa (15/12/2020) dan tahap kedua sebanyak 15 individu dilaksanakan pada Minggu (20/12/2020).

Kukang Pukang atau sering disebut juga Kukang Jawa (Nycticebus javanicus) merupakan primata endemik Jawa yang beraktivitas pada malam hari (nokturnal), dan suka menyendiri (soliter).

Primata ini memiliki warna dominan cokelat dengan variasi putih-abu-abu dengan garis/strip cokelat tua pada kepala yang menyambung dengan garis punggung. Panjang tubuh berkisar 30–38 cm dengan bobot dewasa 0,7–1 kg.

Memiliki mata bulat besar yang khas dan gerakan yang lambat sehingga sering disebut Slow Loris, selain itu kukang juga dikenal sebagai satu-satunya primata yang memiliki bisa/racun.

Spesies ini berperan sebagai penyebar biji, penyerbuk bunga, dan pengendali populasi serangga dalam ekosistem.

Baca juga: Mengenal Bekantan, Primata Asli Borneo yang Sedang Melawan Kepunahan

Ilustrasi Lutung Surili (Presbytis comata)Shutterstock/ abcwildlife Ilustrasi Lutung Surili (Presbytis comata)

Lutung Surili memiliki nama ilmiah Presbytis comata merupakan primata pemakan daun yang tinggal di hutan-hutan di Pulau Jawa. Spesies ini memiliki rambut berwarna hitam keabu-abuan dengan corak keputihan yang jelas di bagian depan tubuhnya.

Hidup dalam koloni yang berjumlah 5 - 20 ekor. Ketika bergerak diantara cabang pohon biasanya mengelurakan suara yang khas dan mudah dikenali seperti “rek-rek-rek-rek” sehingga sering disebut Rek-rekan di Jawa Tengah.

Pakan alaminya berupa dedaunan, bunga, tunas, buah, ranting muda, dan biji-bijian sehingga memiliki peran dalam penyebaran biji dan regenerasi vegetasi di habitatnya.

Mengingat perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem, tentunya perlindungan dan status konservasi spesies primata di Jawa sangat penting untuk diperhatikan.

Saat ini selain Monyet ekor panjang, 4 spesies primata di Jawa termasuk satwa dilindungi berdasarkan Permen LHK No. 106 Tahun 2018.

Secara internasional The IUCN Redlist of Threatened Species mencatat bahwa Nycticebus javanicus termasuk kategori kritis/Critically Endangered.

Dari aspek regulasi perdagangan internasional (CITES) mencatat dua spesies primata Jawa yaitu Kukang Pukang dan Owa Jawa termasuk kategori Apendiks I CITES yang berarti tidak boleh diperdagangkan secara internasional.

Baca juga: Selain Manusia, Inovasi Primata Muda Juga Dibuktikan oleh Monyet Ini

Primata di Pulau Jawa bukan hanya memiliki nilai keanekaragaman hayati yang penting tetapi juga memainkan peran vital dalam menjaga ekosistem yang seimbang. Keanekaragaman spesies primata di Pulau Jawa adalah aset berharga yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Kelima spesies primata ini memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa.

Melindungi dan melestarikan primata ini adalah tanggung jawab kita bersama, dan upaya konservasi yang kuat sangat penting untuk memastikan bahwa mereka dapat terus berkembang dan lestari di habitat alami mereka.

Terlebih saat ini primata di Pulau Jawa menghadapi ancaman serius terutama dari hilangnya habitat alami mereka akibat deforestasi, perburuan ilegal, dan perdagangan satwa liar.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang peran primata dalam ekosistem, kita dapat berkontribusi pada kelestarian alam Pulau Jawa dan menjaga keanekaragaman hayati yang berharga ini untuk generasi mendatang.

Eko Sulistyadi
Peneliti Pusat Riset Zoologi Terapan – Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan BRIN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com