Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serratia marcescens, Bakteri yang Bisa Membuat Roti “Berdarah”

Kompas.com - 02/11/2023, 12:32 WIB
Sarah Adhira Rahmah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mikroba atau makhluk hidup yang berukuran mikro seperti bakteri dan beberapa jamur dapat dijumpai pada hampir setiap benda di muka bumi.

Tidak semua mikroba memberi dampak negatif terhadap kehidupan manusia. Ada bakteri yang menguntungkan, misalnya bakteri dalam pembuatan yoghurt atau keju.

Baca juga: Mengenal Bakteri Bacillus Cereus, Penyebab Keracunan Massal Siswa SD di Bandung

Selain itu, bakteri juga bisa bersifat tidak merugikan ataupun menguntungkan manusia, namun keberadaannya menghasilkan perbedaan warna atau tekstur yang unik.

Misalnya bakteri Serratia marcescens, suatu spesies bakteri yang hidup pada area lembab dan hangat dengan penampilan koloninya yang menyerupai darah.

Dilansir dari New Scientist, Sabtu (4/6/1994), penampakan koloni bakteri Serratia marcescens awalnya diteliti oleh Christian Ehrenberg, seorang ahli biologi Jerman pada tahun 1848.

Ehrenberg mengamati adanya titik-titik kemerahan pada kentang yang sudah matang. Titik-titik merah ini terlihat sangat mirip dengan darah, yakni warna merah yang pekat, lalu lama kelamaan melebar dan menutupi semua permukaan kentang.

Fenomena yang diamati Ehrenberg ini muncul pada bulan-bulan musim semi yang bersuhu hangat. Kemunculan “darah” pada bahan makanan ini bukanlah pertama kali yang tercatat dalam sejarah.

Sebelumnya pada tahun 1814, seorang petani di Legnaro, Italia, menemukan adanya darah di polenta (adonan dari jagung) dan menyebar ke bahan makanan lain dalam lemari yang sama, seperti roti dan ayam.

Pada rentang waktu yang berdekatan, seorang ahli farmasi bernama Bartolomeo Bizio menemukan bahwa zat kemerahan di Legnaro tersebut mengandung “benih” atau mikroba yang ia sebut Serratia marcescens.

Baca juga: Bakteri Escherichia coli Bisa Menghasilkan Listrik, Kok Bisa?

Mengutip buku Krasner’s Microbial Challenge: A Public Health Perspective, Edisi Keempat (2018), bakteri Serratia marcescens diduga menjadi alasan ilmiah terjadinya fenomena “keajaiban bolsena”, yakni fenomena pada tahun 1263 saat wafer komuni di sebuah gereja di Bolsena, Italia terlihat “berdarah”.

Johanna Cullen, seorang ilmuwan dari George Mason University, Amerika Serikat, pada 1993 berhasil membuat kondisi yang mendekati dengan kondisi pertumbuhan bakteri pada abad pertengahan di laboratorium, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (9/12/2000).

Cullen menginkubasi sebuah roti komuni dengan kultur bakteri Serratia marcescens. Hasilnya, bakteri ini memberikan penampakan yang nyata menyerupai darah.

Bakteri ini memproduksi pigmen warna merah bernama prodigiosin. Sementara itu, menurut Joe Schwarcz, ahli biokimia dari Kanada, pada laman McGill University, Jumat (8/3/2019), menyebutkan bahwa Serratia marcescens relatif tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.

Bakteri ini pernah digunakan oleh militer Amerika Serikat pada eksperimen semasa perang dingin sebagai pemicu bakteri patogen atau penyebab penyakit.

Serratia marcescens pada mulanya disebarkan di sebuah area untuk mengetahui luas jangkauan area yang dapat dikontaminasi.

Akan tetapi, selama operasi tersebut, tidak ditemukan kasus infeksi bakteri dengan jumlah signifikan dan terjadi karena Serratia marcescens.

Baca juga: Kapan Bakteri Penyebab Wabah Black Death Menyebar ke Inggris?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com