Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Ciptakan Tanaman Pendeteksi Pestisida Berbahaya

Kompas.com - 30/10/2023, 18:30 WIB
Usi Sulastri,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tanaman terus saja mengejutkan kita melalui berbagai manfaatnya. Dari sumber pangan hingga obat-obatan, kegunaan tanaman dalam menjaga kehidupan di Bumi telah menjadi fakta yang tak terbantahkan.

Belum lama ini, ilmuwan berhasil menjadikan tanaman untuk pendeteksi pestisida.

Ini adalah salah satu terobosan terbaru yang ditemukan ilmuwan dari tanaman. Tanaman dalam penelitian ini dikembangkan dengan kemampuan luar biasa untuk mendeteksi pestisida berbahaya dalam lingkungannya.

Dilansir dari Science Daily edisi 23/10/2023, para ilmuwan dari UC Riverside berhasil merekayasa tanaman untuk mengubah warna menjadi merah ketika adanya pestisida beracun.

Baca juga: Bagaimana Tanaman Tahu Kapan Waktunya Berbunga?

Proses rekayasa tanaman dalam mendeteksi pestisida ini diuraikan dalam jurnal Nature Chemical Biology, menciptakan sensor lingkungan tanpa mengubah metabolisme asli tanaman.

"Sebelumnya, komponen biosensor bisa memengaruhi kemampuan tanaman untuk tumbuh menuju cahaya atau berhenti menggunakan air saat stres. Tetapi sekarang, hal ini tidak akan terjadi," ungkap Ian Wheeldon, profesor teknik kimia dan lingkungan di UCR.

Cara tanaman mendeteksi pestisida

Proses rekayasa dimulai dengan protein yang disebut asam absisat, atau ABA. Protein ini membantu tanaman beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang penuh tekanan.

Saat tanah mengering akibat kekurangan air, tanaman menghasilkan ABA. Protein tambahan yang disebut reseptor membantu tanaman mengenali dan merespons ABA.

Hasilnya, tanaman memerintahkan dirinya untuk menutup pori-pori pada daun dan batangnya, yang mengurangi penguapan air. Ini membuat tanaman lebih tahan terhadap kekeringan dan mencegahnya layu.

Pada tahun lalu, tim peneliti menemukan, reseptor ABA bisa diajari untuk merespons bahan kimia selain ABA.

Baru-baru ini, mereka berhasil menunjukkan, ketika reseptor ini berikatan dengan bahan kimia lain, tanaman akan berubah warna menjadi merah bit.

Baca juga: Bagaimana Tanaman Tumbuh Saat Kadar Fosfor dalam Tanah Berkurang?

Ilustrasi tanaman sayur bit atau beet.Shutterstock/nblx Ilustrasi tanaman sayur bit atau beet.

Dalam eksperimen ini, tim menggunakan azinphos-ethyl, sebuah pestisida yang dilarang penggunaannya di banyak tempat karena sangat beracun bagi manusia.

"Orang-orang yang berkerja dengan kami akan bisa dengan jelas melihat perubahan warna tanaman jika terpapar bahan kimia ini, yang memungkinkan pengawasan visual dari jarak jauh," kata Sean Cutler, profesor biologi sel tumbuhan di UCR.

Rekayasa tanaman bisa deteksi berbagai zat kimia

Para Ilmuwan juga berupaya menciptakan sensor hidup yang mampu mendeteksi berbagai jenis zat, termasuk obat-obatan yang masuk ke dalam pasokan air, dikutip dari Earth, Jumat (27/10/2023).

Baca juga: Bagaimana Tanaman Tanpa Biji Dapat Berkembang Biak?

"Kami percaya bahwa pencapaian saat ini hanya langkah awal. Kami sedang mengeksplorasi kemungkinan menggunakan tanaman untuk mendeteksi beragam bahan kimia," ungkap Cutler.

"Ada kekhawatiran semakin besar mengenai adanya polutan, seperti sisa obat-obatan, dalam air kita. Penelitian kami adalah langkah awal untuk menemukan solusi yang efektif untuk masalah ini," imbuhnya.

Meskipun pencapaian ini sangat menggembirakan, teknologi ini masih dalam tahap awal dan tidak tanpa hambatan.

Meski demikian, tim telah membuktikan potensinya, meskipun mereplikasi hal ini pada tanaman memerlukan perkembangan bioteknologi yang lebih kompleks.

Baca juga: Mengenal Gibbaeum heathii, Tanaman Sukulen Mini Mirip Pantat Bayi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com