Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Martinus Ariya Seta
Dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Hobi membaca dan jalan-jalan. Saat ini sedang menempuh studi doktoral dalam bidang Pendidikan Agama di Julius Maximilians Universität Würzburg

Nobel Fisika untuk Sang "Paparazi Elektron"

Kompas.com - 12/10/2023, 13:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEORANG paparazi adalah fotografer yang mengikuti para tokoh penting yang bergerak dengan cepat untuk menghindari sorotan kamera.

Karena saking cepatnya pergerakan obyek, tidak mudah untuk mendapatkan sorotan gambar yang utuh dan jelas.

Siapakah "paparazi" genius di dunia? Gelar ini jatuh pada Ferenc Krausz, seorang ilmuwan yang berhasil meraih Nobel fisika bersama dengan Pierre Agostini dan Anne L'Huillier.

Krausz berhasil memotret pergerakan elektron menggunakan sinar laser. Pergerakan elektron dalam hitungan attosecond (10-18 detik) dapat dilacak secara langsung.

Itulah kenapa, sang ilmuwan mendapat gelar fotografer tercepat. Rekan-rekannya juga menjuluki dia "paparazi elektron".

Seringkali orang menganggap pencapaian seorang peraih Nobel semata-mata karena privilese otak yang genius. Ini tidak sepenuhanya benar. Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari sang fotografer tercepat ini perihal kehidupan.

Kolaborasi

Bidang penelitian Krausz adalah basic science. Bidang ini lebih menitikberatkan pada pengembangan teori untuk menjelaskan dan memahami fenomena alam.

Dalam wawancara dengan statiun televisi BR 24, Krausz menegaskan dibutuhkan waktu setidaknya antara sepuluh tahun sampai lima belas tahun untuk dapat menerapkan hasil penemuannya ini dalam pengembangan alat elektronik dan juga dalam bidang kedokteran.

Hasil penemuan Krausz bukan hanya pencapain penting dalam bidang fisika, tetapi juga dalam bidang kedokteran.

"Pergerakan elektron mengawali setiap proses molekuler di dalam mahkluk hidup dan pada akhirnya, ini adalah penjelasan mendasar munculnya penyakit," ungkap Krausz (Die Zeit, 03/10/2023).

Pergerakan elektron adalah pemicu reaksi kimia. Penemuan Krausz membuka jalan untuk pendeteksian secara dini penyakit-penyakit berat seperti kanker.

Salah satu gejala penyakit kanker adalah perubahan molekul di dalam darah dan penemuan Krausz dapat menjadi terobosan untuk mendeteksi perubahan molekul sedini mungkin.

Krausz adalah ilmuwan kelahiran Hungaria dengan kewarganegaraan Austria yang bekerja di Jerman sebagai Direktur Departemen Optik Kuantum Institut Max-Plank.

Selain itu, Krausz adalah pengajar di Fakultas Fisika Universitas Ludwig-Maximilian München. Hadiah Nobel menjadikan sosok Krausz sebagai ilmuwan kebanggaan tiga negara sekaligus.

Sebagai seorang ilmuwan, Krausz sangat produktif. Berdasarkan penelusuran penulis dari homepage Institute Max-Plank, Krausz memiliki publikasi jurnal ilmiah sebayak 298. Ini belum termasuk conference paper dan buku.

Produktivitas Krausz sebagai seorang ilmuwan memang sangat luar biasa. Sebagian besar publikasi jurnal ilmiah Krausz ditulis secara kolaborasi. Hanya satu jurnal saja yang ditulis secara mandiri (tunggal).

"Talent wins games, but teamwork and intelligence win championships,“ ungkapan dari pebasket legendaris Micháel Jordan.

Untuk sesuatu yang lebih besar, kolaborasi jauh lebih penting daripada bakat. Krausz berhasil mengombinasikan bakat individu dengan kolaborasi untuk mencapai prestasi yang luar biasa.

Produktivitas ilmuwan tidak hanya bergantung pada kepandaian atau bakat semata. Kolaborasi adalah kunci pokok produktivitas ilmiah.

Inilah yang dapat dipelajari dari sosok Krausz. Seorang ilmuwan adalah seorang manajer yang menggerakan dan membantu orang lain untuk menghasilkan karya ilmiah.

Mengapa produktivitas akademisi di Indonesia masih rendah? Barangkali, salah satu akar persoalannya adalah rendahnya semangat dan keterampilan kolaborasi.

Fokus apa yang dapat diubah

Sesaat setelah menerima kabar dari komite Nobel, Adam Smith mewawancarai Krausz melalui telepon.

"Saya masih bertanya-tanya apakah saya sedang berada di dunia nyata atau sedang bermimpi… Ternyata ada pertanda bahwa saya memang berada di dunia nyata,” ungkap Krausz dalam wawancara.

Krausz juga menegaskan pentingnya prinsip konsistensi dalam bidang keilmuan. Maksudnya, seorang ilmuwan harus fokus pada hal yang dapat diubah dan tidak mudah terdistraksi oleh banyak hal.

Prinsip Krausz ini sama dengan apa yang diucapkan oleh Katalin Kariko yang sehari sebelumnya terpilih sebagai peraih Nobel bidang kesehatan. Kariko juga berasal dari Hungaria.

Saat ini, Krausz berusia 61 tahun. Ini termasuk usia muda untuk seorang peraih Nobel. Perubahan tidak dapat terjadi dengan hanya membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan konsistensi dan kesabaran untuk bekerja demi perubahan.

Konsistensi dan kesabaran muncul dari orang yang memiliki pengharapan kuat. Krausz dengan caranya sendiri merawat harapan tersebut.

Hadiah Nobel hanyalah salah satu reward untuk ketekunannya merawat harapan. Dan ini juga bukan terminal akhir dari harapannya.

Ernst Bloch di dalam Prinzip der Hoffnung (1985) menjadikan harapan sebagai penciri manusia. Realitas tidak dapat direduksi hanya sebagai kekinian, tetapi juga keterarahan terhadap masa depan.

Kekinian tidak lain adalah momen penantian terhadap kemungkinan atau alternatif. Harapan adalah keterbukaan dan ini merupakan kapasitas kognitif manusia.

Bloch ingin menegaskan bahwa manusia adalah mahkluk yang berani mengatakan, "The other world is still possible”.

Inilah yang disebut hasrat utopicus. Peradaban manusia terus berkembang karena hasrat utopicus ini. Kemanusiaan adalah harapan dan tanpa harapan tidak ada kemanusiaan (Kufeld, 2021).

Penutup

Untuk apa belajar dari sang "paparazi elektron"? Belajar adalah menimba inspirasi dan tidak boleh dikerdilkan sebagai tindakan meng-copy.

Tidak harus untuk menjadi seorang ilmuwan, tetapi untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi demi "The other world is still possible".

Setiap orang hidup di dalam partikularitas dan persoalannya masing-masing. Ferenc Krausz hidup di tengah kesibukan akademik di ruang kelas, di laboratorium, di tengah tumpukan literatur, dan di ruang konferensi.

Harapan dan produktivitas tetap menyala di tengah partikularitas kehidupan semacam ini.

Kolaborasi dan fokus terhadap apa yang dapat diubah dapat diterapkan di dalam berbagai bidang kehidupan. Keduanya ini berakar dari hasrat utopicus yang tidak pernah padam.

Mungkin ini terkesan naif. Akan tetapi, kemanusiaan membutuhkan kenaifan untuk mendobrak kemandegan. Hanya dengan kolaborasi, obor harapan tetap terus menyala dan semakin membesar.

Pencapaian membutuhan harapan yang terus dirawat, kolaborasi dan fokus. Ini seringkali luput dari penglihatan banyak orang. Ini bukan hanya soal pengetahuan dan kepintaran, tetapi juga soal kehidupan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com