Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/10/2023, 20:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

Dalam beberapa kasus, manusia, khususnya anak-anak, dapat membentuk ingatan palsu atau ingatan jelas tentang peristiwa yang tidak pernah terjadi.

Dalam buku Hurting Memories and Beneficial Forgetting karya psikiater asal Jerman, Michael Linden, disebutkan bahwa ekspektasi sosial yang tinggi dapat menyebabkan berkembangnya ingatan palsu pada anak-anak yang belajar merespons seperti yang diharapkan.

Ingatan palsu ini bisa sangat realistis dan detail, sehingga sulit dibedakan dari ingatan yang nyata.

Keakuratan ingatan sulit ditentukan

Ingatan masa kecil banyak orang bersifat dangkal, samar, atau abstrak. Lantas, karena manusia cenderung mengingat peristiwa-peristiwa emosional dengan tingkat kejelasan yang lebih tinggi, seberapa besar kemungkinan tepatnya ingatan-ingatan ini?

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia, Kenapa Ada Orang Hilang Ingatan Setelah Mabuk Alkohol?

Peterson menerbitkan sebuah penelitian pada tahun 2017 dengan meminta anak-anak berusia 4 hingga 9 tahun untuk mengingat kembali ingatan mereka yang paling awal dan ditanyai lagi delapan tahun kemudian.

Peterson menjelaskan, dengan beberapa petunjuk yang sangat umum, mereka dapat mengingat sebagian besar peristiwa tersebut, namun isi spesifik yang mereka sebutkan seringkali berbeda.

Untuk anak-anak yang berusia 6 tahun ke atas pada saat ingatan awal dibuat, hanya sedikit isi yang bertentangan, namun berbeda dalam hal apa yang mereka pilih untuk dibicarakan.

Misalnya, ketika menceritakan perjalanan berkemah tertentu, mereka sering menggambarkan komponen yang berbeda. Namun, anak-anak yang berusia 4 atau 5 tahun pada saat wawancara awal, kemungkinan besar akan membantah apa yang mereka katakan sebelumnya.

Pada akhirnya, kata Peterson, sangat sulit untuk menentukan keakuratan “sebenarnya” sebuah ingatan, terutama jika ingatan tersebut berasal dari masa kanak-kanak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com