Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Metana, Si Gas Rumah Kaca yang Ternyata Bisa Jadi Energi Terbarukan

Kompas.com - 04/09/2023, 11:33 WIB
Sarah Adhira Rahmah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada era ini, pergerakan dan pengusahaan transisi energi menjadi energi bersih cukup ramai dibicarakan di berbagai belahan dunia.

Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan berbagai target dalam transisi energi seperti bauran energi terbarukan sebanyak 23 persen pada tahun 2025. Terdapat 8 pilar yang menopang transisi energi dan salah satunya adalah bioenergi

Baca juga: 4 Tips Pakar agar Mudik Sustainable dan Ramah Lingkungan

Dikutip dari Indonesia Energy Outlook 2022 yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Republik Indonesia, konsumsi bioenergi meliputi di antaranya biogas dan biodiesel sebagai bahan bakar bio atau biofuel, dengan salah satu produknya berupa gas metana (CH4).

Saat ini, gas metana semakin mudah diproduksi dari biomassa limbah dan mulai digunakan sebagai bahan bakar memasak sehingga menggantikan gas LPG.

Melimpahnya emisi gas metana dari timbunan sampah

Akan tetapi, metana diketahui pula merupakan salah satu gas beracun yang dihasilkan oleh penimbunan sampah dan termasuk ke dalam salah satu gas rumah kaca.

Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Kalimantan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia, dalam buku Kontribusi Sampah Terhadap Pemanasan Global tahun 2016, menyebutkan bahwa setiap 1 ton sampah dapat menghasilkan setidaknya 50 kg gas metana yang dilepaskan ke atmosfer bumi.

Lantas, bagaimana sebenarnya bahaya dan manfaat gas metana?

Apa itu gas metana dan apa bahayanya?

Dilansir dari United States National Center of Biotechnology Information, pada dasarnya metana merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang mudah terbakar memiliki sifat beracun bagi makhluk hidup aerob karena dapat menghambat penyerapan oksigen sehingga menyebabkan sesak napas.

Baca juga: Gas Metana: Pengertian dan Sumbernya

Metana atau gas CH4 merupakan salah satu jenis gas rumah kaca karena dapat menjebak panas di atmosfer bumi. Namun, di lain hal, metana juga termasuk ke dalam biogas sebagai salah satu bahan bakar bio.

Bahan bakar bio sendiri didefinisikan oleh Nancy E. Carpenter, seorang kimiawan pada bidang energi berkelanjutan, dalam Chemistry of Sustainable Energy tahun 2014, sebagai bahan bakar yang dihasilkan oleh biomassa atau segala sesuatu yang berasal dari makhluk hidup sebagai sumber energinya.

Biofuel atau bahan bakar bio dapat dikategorikan berdasarkan perkembangan generasinya ataupun sifat fisika dan kimia bahan bakar yang dihasilkan.

Umumnya, bentuk, densitas dan jumlah rantai karbon menjadi sifat yang diperhatikan pada kategori bahan bakar bio. Salah satu bahan bakar bio yang memilik jumlah rantai karbon sedikit gas metana.

Bagaimana metana dapat terbentuk?

Mohammad Toha dalam jurnal Case Studies in Chemical and Environmental Engineering tahun 2023, menyebutkan metana dapat terbentuk dari timbunan sampah akibat pencernaan mikroba metanogen pada keadaan anaerob atau miskin oksigen yang mendegradasi material sampah yang memiliki unsur hidrokarbon menjadi metana.

Hal ini membuat TPA atau tempat pembuangan akhir menjadi salah satu penyumbang emisi gas metana yang cukup signifikan.

Menurut laporan United States Environmental Protection Agency (US EPA) tahun 2021, setidaknya 14 persen gas metana di Amerika Serikat diemisikan oleh timbunan sampah di tempat pembuangan akhir/landfills.

Baca juga: Metana Dapat Jadi Tanda Kehidupan di Luar Bumi yang Bisa Dideteksi, Studi Jelaskan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com