Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek Manhattan, Oppenheimer, dan Bom Atom (Bagian 2)

Kompas.com - 19/07/2023, 14:44 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Oppenheimer mengemban tugas monumental di Proyek Manhattan sebagai Direktur Laboratorium Los Alamos.

Di bawah kepemimpinan Oppenheimer, para ilmuwan di Los Alamos membuat dua jenis bom atom, yang kemudian dinamai "Fat Man" dan "Little Boy".

Permulaan era nuklir

Melansir National Geographic, bom atom "Gadget", yang pertama dibuat di Los Alamos, diam-diam diuji pada Juli 1945 di Situs Trinity, di gurun New Mexico yang terpencil. Saat uji coba dilakukan, sebuah bola api melesat ke langit hingga membentuk awan jamur yang sangat besar.

Kabar adanya ledakan besar di New Mexico sempat terdengar oleh surat kabar Chicago. Ini bermula dari seorang pria yang sedang bepergian dan melihat langit menyala saat melintasi New Mexico.

Baca juga: Proyek Manhattan, Oppenheimer, dan Bom Atom (Bagian 1)

Pria itu pun memberi tahu surat kabar Chicago dengan mengatakan bahwa ia sepertinya telah melihat meteor raksasa.

Reporter surat kabar Chicago mengajukan artikel singkat mengenai kabar tersebut. Namun, keesokan harinya, FBI mengunjungi kantor penerbit surat kabar Chicago dan meminta mereka mengabaikan cerita tersebut. Cerita tentang ledakan itu pun tidak pernah muncul.

Saat itu, era nuklir sudah dimulai, namun AS masih menjaga kerahasiaannya. Polisi negara bagian melaporkan bahwa ledakan di Trinity merupakan ledakan yang tidak disengaja di sebuah kamp Angkatan Darat.

Fat Man dan Little Boy

Para ilmuwan di Laboratorium Los Alamos mendapatkan cukup bahan bakar dari Oak Ridge dan Hanford untuk menghasilkan dua jenis bom, yakni satu bom berbahan bakar uranium-235 (Little Boy) dan satu bom berbahan bakar plutonium-239 (Fat Man).

Baca juga: Mengenal Fisikawan J. Robert Oppenheimer, Sang Bapak Bom Atom

Little Boy dan Fat Man adalah bom nuklir yang bekerja melalui prinsip fisi nuklir. Perbedaan kedua bom itu adalah desain, cara peledakan, dan elemen yang digunakan.

Melansir Science ABC, berikut adalah perbedaan singkat bom Little Boy dan Fat Man:

1. Tipe

  • Little Boy: Bom tipe senjata
  • Fat Man: Bom tipe ledakan

2. Elemen

  • Little Boy: Uranium
  • Fat Man: Plutonium

3. Berat, panjang, dan diameter

  • Little Boy: 4,3 ton, 3 meter, dan 71 cm
  • Fat Man: 4,9 ton, 3,3 meter, dan 152,4 cm

4. Dampak kekuatan

  • Little Boy: Setara 15.000 ton TNT
  • Fat Man: Setara 21.000 ton TNT

5. Daerah terdampak

  • Little Boy: 13 km persegi
  • Fat Man: 7,7 km persegi

Baca juga: Mengapa Uranium Sangat Penting untuk Bahan Bakar Nuklir?

Pesawat Boeing B-29 "Enola Gay", yang dikemudikan oleh pilot Kolonel Paul Tibbets, membawa Little Boy dan menjatuhkannya di atas Kota Hiroshima. Menurut Atomic Heritage Foundation, Little Boy adalah senjata nuklir pertama yang digunakan dalam perang.

Senjata nuklir kedua yang digunakan dalam perang adalah Fat Man. Bom nuklir yang meledak di Nagasaki ini dibawa oleh pesawat Boeing B-29 "Bockscar" yang dikemudikan oleh Mayor Charles Sweeney.

Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945.

Melalui radio Nippon H?s? Ky?kai (NHK), pada 15 Agustus 1946, Kaisar Hirohito membacakan Perintah Kekaisaran mengenai kapitulasi (pengakuan kalah perang) dan mengumumkan bahwa Jepang telah menyerah.

Secara resmi, Jepang menyerah pada 2 September 1945 dengan menandatangani pernyataan menyerah di atas kapal perang AS USS Missouri.

Baca juga: Apa yang Terjadi jika Bom Nuklir Diledakkan di Ruang Angkasa?

Oppenheimer setelah perang

Para ilmuwan Los Alamos senang dengan pencapaian mereka, tetapi juga ngeri dengan hilangnya banyak nyawa warga sipil dalam pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Mereka pun khawatir senjata itu akan mendorong perang di masa depan, alih-alih mencegahnya.

Beberapa minggu setelah pengeboman, Oppenheimer menulis surat kepada Sekretaris Perang dan mengatakan, "Keamanan bangsa ini... tidak dapat sepenuhnya atau bahkan terutama terletak pada kehebatan ilmiah atau teknisnya. Hal itu hanya didasarkan pada upaya mencegah perang di masa depan".

Meski demikian, Oppenheimer membela Proyek Manhattan dan tugas yang dibebankan kepadanya dengan alasan bahwa ilmu nuklir perlu dipahami sepenuhnya.

Namun, setelah perang, Oppenheimer secara vokal menentang upaya AS untuk mengembangkan bom hidrogen yang lebih kuat, setelah Uni Soviet membuat kemajuan dengan bomnya sendiri.

Baca juga: Sama-sama mematikan, Inilah Perbedaan Bom Hidrogen dengan Bom Atom

Menurut Oppenheimer, AS harus mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir hanya secara taktis dan memanfaatkan teknologi nuklir lainnya, misalnya untuk menghasilkan energi.

Hal ini membuatnya menjadi musuh politik dengan tuduhan sebagai simpatisan Komunis. Pada sidang tahun 1954 yang menyelidiki dugaan tersebut, Komisi Energi Atom mencabut izin keamanan Oppenheimer.

Keputusan tersebut baru dibatalkan pada tahun 2022 lalu, setelah pejabat pemerintah meninjau kembali kasus Oppenheimer dan menyimpulkan bahwa penyelidikan tersebut cacat dan melanggar hukum.

Mengenai sosok Oppenheimer, sejarawan Alex Wellerstein mengatakan kepada PBS NewsHour bahwa Oppenheimer tidak masuk ke dalam kategori pro-nuklir, anti-nuklir, atau semacamnya. "Dia sosok yang rumit."

Dalam wawancara dengan NBC tahun 1965, Oppenheimer mengenang momen saat ia melihat awan jamur ketika uji coba bom atom yang pertama sukses dilakukan:

"Kita tahu dunia tidak akan lagi sama. Beberapa orang tertawa, beberapa orang menangis, kebanyakan orang diam. Saya ingat kalimat dari manuskrip Hindu, Bhagavad Gita; (Dewa) Wisnu mencoba meyakinkan Pangeran bahwa ia harus melakukannya tugasnya dan, untuk membuatnya terkesan, ia mengambil senjata dan berkata, 'sekarang, aku menjadi Kematian, penghancur dunia.' Saya kira kita semua merenungkan hal itu".

Oppenheimer tidak pernah kembali ke layanan pemerintah, ia melobi untuk mencegah penyebarluasan senjata nuklir, mendirikan World Academy of Arts and Sciences, dan mengajar sains sampai kematiannya pada tahun 1967.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com