Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Menghijaukan Gambut dengan Kayu Putih

Kompas.com - 27/05/2023, 17:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Memperbaiki gambut

Sadar akan peran penting gambut bagi kehidupan dan paham akan kondisinya yang telah rusak, menyebabkan setiap upaya untuk memperbaikinya hendaknya konsisten dilakukan.

Pemerintah telah mengambil peran ini, antara lain dengan memperbaharui ketentuan budidaya di lahan gambut yakni hanya diizinkan pada muka air di atas 40 cm dan dibentuknya lembaga khusus menangani restorasi gambut bernama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).

Dalam aktivitasnya, BRGM mengusung strategi yang secara luas dikenal dengan sebutan 3R (rewetting/pembahasan kembali gambut, revegetation/penanaman, dan revitalization/peningkatan kesejahteraan masyarakat).

Baca juga: Mengapa Gambut Direstorasi dan untuk Apa?

Salah satu pesan penting dari strategi ini adalah mengenai keterlibatan masyarakat sebagai subjek dalam merehabilitasi ekosistem gambut dan objek yang harus ditingkatkan taraf hidupnya.

Untuk itu, merestorasi gambut bukan hanya sekedar mengembalikan produktivitas ekologinya, tetapi juga bagaimana masyarakat lokal yang ada di sekitarnya bisa menikmati langsung nilai ekonomi yang ada di dalamnya.

Hal ini antara lain bisa dicapai dengan memilih jenis dan pola budidaya tanaman yang tepat, yakni hendak lah dipilih jenis yang bersahabat secara ekologi dan produktif secara ekonomi.

Di antara jenis yang besar peluangnya untuk dipilih adalah jenis penghasil minyak atsiri, seperti pohon kayu putih yang dipanen daunnya untuk kemudian disuling dan diambil minyaknya.

Khasiat minyak kayu putih sudah dikenal luas di Indonesia. Wanginya yang harum dan khas ketika dihirup, serta efek hangatnya yang terasa nyaman ketika diusapkan ke tubuh menyebabkan minyak yang satu ini banyak digunakan secara luas oleh keluarga Indonesia.

Dikenal sebagai pencegah/sekaligus obat masuk angin, sakit perut, flu dll. Minyak ini pun semakin dikenal dan diperlukan saat Covid-19 melanda, karena dipercayai selain bisa melegakan pernafasan, juga bisa mencegah efek buruk gejala Covid-19.

Kepercayaan ini pun ternyata dikonfirmasi oleh hasil penelitian My dkk (2020) yang menunjukkan peran penting kayu putih dalam mencegah serangan SARS-CoV-2 terhadap ketahanan tubuh.

Walaupun mempunyai manfaat dan penggunaan yang nyata, tetapi ternyata kebutuhannya belum sepenuhnya disediakan di dalam negeri.

Baca juga: Jangan Salah Lagi, Ini Perbedaan Eucalyptus dan Kayu Putih

Rimbawanto dkk (2021) melaporkan bahwa dari kebutuhan kayu putih per tahun sekitar 3,500 ton, yang baru bisa disediakan dari produksi dalam negeri hanya sekitar 600 – 650 ton/tahun. Artinya masih ada gap sekitar 2,850 ton/tahun yang dipenuhi dari impor.

Hal ini terutama karena kayu putih relatif belum secara luas dibudidayakan. Padahal, ada lahan gambut terdegradasi yang menanti untuk ditanami (direhabilitasi). Misalnya di Riau yang mencapai luas lebih dari 1 juta ha.

Mengembangkan kayu putih dengan hasil yang memuaskan di lahan gambut, bukan hal yang mustahil.

Kendatipun kayu putih bukan jenis lokal (native species) gambut, tetapi dilaporkan Brophy & Doran (1996) dapat tumbuh alami di lahan rawa (tergenang), sehingga berpeluang ditanam pada lahan gambut terdegradasi yang mengalami penggenangan kembali (rewetting).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com