Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/05/2023, 11:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Buah-buahan, termasuk semangka, merupakan bagian penting dari pola makan sehat karena dikemas dengan vitamin, mineral, dan antioksidan.

Semangka adalah sumber vitamin A dan C yang baik, serta antioksidan lycopene, yang dikenal karena kemampuannya melawan kanker dan menyehatkan jantung.

Namun, makan buah secara berlebihan juga perlu diperhatikan. Pasalnya, mengonsumsi apa pun dengan berlebihan menimbulkan beberapa efek samping yang tidak diinginkan.

Efek samping terlalu banyak makan semangka

Meskipun banyak manfaat kesehatannya, ada beberapa efek samping dari makan semangka secara berlebihan. Dilansir dari Healthline, berikut adalah penjelasannya:

Baca juga: 6000 Tahun Lalu Orang Makan Biji Semangka, Bukan Buahnya

1. Dapat menyebabkan masalah pencernaan

Makan terlalu banyak semangka dapat menyebabkan ketidaknyamanan perut, kembung, gas, dan diare karena kandungan FODMAP yang tinggi.

FODMAP adalah akronim yang mengacu pada sekelompok karbohidrat rantai pendek yang dapat difermentasi yang tidak dapat dicerna atau diserap secara perlahan di usus kecil. Ini termasuk oligosakarida, disakarida, monosakarida, dan poliol.

Ahli gizi umumnya meresepkan makanan dengan FODMAP rendah untuk orang yang memiliki sindrom iritasi usus besar (IBS).

Namun, asupan FODMAP yang tinggi juga dapat menyebabkan gejala seperti IBS dan memperburuk gastroesophageal reflux (GERD) pada orang sehat tanpa IBS.

Baca juga: 5 Buah yang Rendah Karbohidrat, Salah Satunya Semangka

Ahli gizi menganggap semangka sebagai makanan FODMAP tinggi karena kandungan fruktosanya. Fruktosa adalah monosakarida atau gula sederhana yang dapat menyebabkan kembung atau ketidaknyamanan saat dikonsumsi dalam jumlah besar.

2. Dapat meningkatkan kadar gula darah

Selain kandungan FODMAP-nya yang tinggi, semangka memiliki indeks glikemik (GI) yang tinggi.

Oleh sebab itu, makan semangka secara berlebihan dapat meningkatkan kadar gula darah, yang harus diperhatikan, terutama jika menderita diabetes.

GI suatu makanan mengukur pengaruhnya terhadap gula darah selama periode 2 jam. Makanan dengan GI tinggi cenderung meningkatkan kadar gula darah, sementara makanan GI rendah menghasilkan kenaikan yang stabil.

Meski GI dapat menunjukkan bagaimana gula darah bereaksi terhadap makanan yang mengandung karbohidrat tertentu, beban glikemik (GL) mempertimbangkan ukuran porsi.

Baca juga: 5 Khasiat Buah Semangka, Salah Satunya Menghidrasi Tubuh

Dengan demikian, GL cenderung menjadi ukuran yang lebih akurat dari efek makanan terhadap kadar gula darah.

Indeks GL juga mengklasifikasikan makanan menjadi rendah, sedang, atau tinggi. Hitungan kurang dari 10 dianggap rendah, 11-19 sedang, dan lebih dari 20 dianggap tinggi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com