Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/05/2023, 19:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Luar angsasa sangat dingin. Suhu dasar luar angkasa adalah minus 270,45 derajat Celsius, artinya hampir di atas nol multak, titik di mana gerakan molekuler berhenti.

Akan tetapi, apakah ada tempat terdingin di Tata Surya dan di mana itu berada?

Namun sebelum menjawabnya mari ketahui terlebih dahulu bagaimana mengukur suhu kosmik yang kemudian dikaitkan dengan tempat terdingin di Tata Surya.

Dikutip dari Live Science, Senin (22/5/2023) suhu dapat diukur dengan mengamati intensitas radiasi infra merah dan gelombang mikro yang dipancarkan dari permukaan.

Namun dengan tidak adanya pengukuran tersebut, Ian Crawford seorang profesor ilmu planet dan astrobiologi di University of London, Inggris menyebut suhu dapat diperkirakan berdasarkan jumlah sinar matahari yang diterima.

Hanya saja pengukuran kosmik itu tidak selalu sederhana. Tidak ada yang langsung dalam astronomi karena selalu mengamati bukan berinteraksi.

"Suhu adalah perkiraan di luar angkasa. Angka-angka yang Anda hitung bergantung pada seberapa baik asumsi Anda sebenarnya dan seberapa detail model fisik yang Anda gunakan," terang Don Pollacco, profesor astronomi di University of Warwick, Inggris.

Baca juga: Di Mana Tempat dengan Suhu Terdingin di Tata Surya?

Tempat terdingin di Tata Surya

Jadi di mana tempat terdingin di Tata Surya?

Mungkin tidak sejauh seperti yang Anda perkirakan.

Pada tahun 2009, Lunar Reconnaissance Orbiter, sebuah wahana luar angkasa robot NASA yang dirancang untuk membantu para ilmuwan untuk lebih memahami kondisi di bulan, menyajikan data yang menunjukkan bahwa "kawah berbayang" di kutub selatan bulan bisa menjadi tempat terdingin di tata surya.

Teori ini kemudian diperkuat oleh mahasiswa pascasarjana Patrick O'Brien dan penasihatnya Shane Byrne, peneliti planet di University of Arizona.

Menjelaskan bagaimana kawah Bulan bisa menjadi tempat terdingin di Tata Surya, pada tahun 2022 lalu, mereka mengungkapkan sebuah kawah dapat dianggap berbayang jika terlindung tidak hanya dari paparan Matahari langsung, tetapi juga dari sumber pemanas sekunder.

Baca juga: Di Mana Kota Terdingin di Dunia?

Kawah Shackleton di bulan Kawah Shackleton di bulan

Di antaranya seperti misalnya radiasi Matahari yang dipantulkan dari area yang diterangi didekatnya serta radiasi termal yang dipancarkan dari permukaan yang hangat itu.

Kawah yang berbayang di Bulan ini memiliki pinggiran yang cukup tinggi sehingga sinar Matahari tidak pernah mencapai dasar kawah, itu mengapa kawah sangat dingin.

Lalu mengingat daerah yang selalu dibayangi tersebut terlindung dari paparan Matahari selama miliaran tahun, kawah ini juga dapat berisi perangkap mikro-dingin yang tidak hanya mengandung air es.

Kawah Bulan tersebut juga mengandung lebih banyak lagi senyawa dan unsur yang mudah menguap seperti karbon dioksida, karbon monoksida, dinitrogen, dan argon.

Baca juga: Di Mana Makam Cleopatra?

Jadi O'Brien dan Byrne memperkirakan kawah memiliki suhu sekitar minus 248,15 derajat Celsius, tetapi bisa jadi lebih dingin.

Hal tersebut juga diyakini oleh Crawford yang menyebut area itu adalah suhu terdingin di Tata Surya bagian dalam dan juga lebih dingin dari perkiraan rata-rata suhu permukaan Pluto. Suhu rata-rata permukaan Pluto adalah minus 232,75 derajat Celsius menurut NASA.

Sementara itu jika dibandingkan dengan Bumi, suhu Antartika yang paling dingin sekalipun jauh lebih hangat daripada kawah Bulan.

Suhu terestrial terdingin yang pernah tercatat di stasiun penelitian Vostok Rusia di Antartika adalah minus 89,2 derajat Celsius.

Baca juga: Di Mana Alexander Agung, Penguasa Makedonia Dimakamkan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com