Spesies kadal bertanduk ini dapat menyemprotkan darah berulang kali hingga berhasil menakuti predator agresif.
Menyemprotkan darah saja mungkin tidak cukup. Agar tindakan tersebut efektif sepenuhnya, darah juga harus tidak disukai pemangsa.
Penelitian telah menemukan beberapa bahan kimia tambahan dalam darah yang bertindak untuk mencegah pemangsa.
Zat pencegah kimia ini mungkin sudah ada dalam komposisi darah yang sudah beredar di tubuh kadal.
Bahan kimia tersebut dapat berbau busuk atau bahkan merusak nafsu makan predatornya. Para ilmuwan tidak yakin apa bahan kimia itu. Salah satu hipotesisnya adalah bahan kimia berasal dari racun semut.
Baca juga: Ahli Sebut Nenek Moyang Mamalia seperti Kadal Gemuk Berkepala Kecil
Kadal bertanduk diketahui suka memakan semut berbisa. Kadal dapat memakan semut tanpa cedera karena tampaknya menetralkan racun semut.
Setelah kadal menyemprotkan darah, kadal akan membersihkan sisa-sisa tersebut menggunakan selaput membran yang ada di kelopak mata ketiga kadal.
Kelopak mata transparan yang melapisi mata ini memang ditemukan di semua kadal.
Pendarahan otomatis merupakan salah satu bentuk mekanismme pertahanan diri yang menarik.
Tidak hanya terbatas pada kadal bertanduk saja, pendarahan otomatis ini ditemukan pula pada beberpa spesies ular.
Mereka menyemprotkan darah, bukan hanya dari matanya tapi juga lubang hidung atau lubang kloaka.
Baca juga: Kadal Berusia 110 Juta Tahun Ditemukan Terjebak dalam Batu Ambar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.