Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kadal Bertanduk Menyemprotkan Darah dari Matanya?

Kompas.com - 23/04/2023, 16:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada yang menarik dari kadal bertanduk. Bukan hanya penampakannya saja yang seperti memiliki tanduk, namun kadal yang masuk dalam genus Phrynosoma ini memiliki kemampuan untuk mengeluarkan darah bila diperlukan.

Saat mereka berada dalam kondisi yang terancam, mereka akan menyemprotkan darah dari mata mereka. Terdengar mengerikan ya?

Mekanisme pertahanan diri kadal bertanduk

Dikutip dari Science ABC, Rabu (19/4/2023) setiap hewan menggunakan strategi pertahanan uniknya untuk melindingi dirinya sendiri dari bahaya.

Pada kadal bertanduk, mereka sebenarnya bisa menggunakan tanduknya dan menusukkan ke predator untuk membebaskan diri. Namun itu tidak selalu efektif dilakukan bila predatornya berukuran lebih besar.

Mereka juga diamati menyamarkan tubuh atau berkamuflase untuk menghindari predator.

Baca juga: Kadal Berusia 110 Juta Tahun Ditemukan Terjebak dalam Batu Ambar

Akan tetapi, strategi pertahanan diri terbaik terakhir yang dimiliki kadal bertanduk ini adalah menyemprotkan darah dari matanya, yang biasanya berhasil menjauhkan predator.

Saat hewan dengan sukarela mengeluarkan darah tubuhnya, tindakan itu disebut sebagai pendarahan otomatis. Untuk kadal bertanduk, salah satu motif utama pendarahan otomatis adalah pertahanan diri.

Asal darah kadal bertanduk

Sinus okular terhubung langsung ke pembuluh darah di rongga mata kadal. Jadi saat menghadapi potensi ancaman, sistem peredaran darah kepala langsung terpengaruh.

Aliran darah ke kepala menjadi semakin terbatas yang menyebabkan darah dialihkan ke sinus okular, tempat tekanan menumpuk.

Hal itu memungkinkan otot okuli kadal bertanduk yang berdekatan dengan sinus yang tertekan berkontraksi. Saat otot berkontraksi, sinus ini pecah dan aliran darah yang tadinya tertahan di saluran mata menyembur keluar bahkan bisa sejauh 1,5 meter.

Baca juga: Kadal Raksasa Belajar Terbang Selama 150 Juta Tahun, Kok Bisa?

Spesies kadal bertanduk ini dapat menyemprotkan darah berulang kali hingga berhasil menakuti predator agresif.

Kandungan dalam darah kadal bertanduk

Menyemprotkan darah saja mungkin tidak cukup. Agar tindakan tersebut efektif sepenuhnya, darah juga harus tidak disukai pemangsa.

Penelitian telah menemukan beberapa bahan kimia tambahan dalam darah yang bertindak untuk mencegah pemangsa.

Zat pencegah kimia ini mungkin sudah ada dalam komposisi darah yang sudah beredar di tubuh kadal.

Bahan kimia tersebut dapat berbau busuk atau bahkan merusak nafsu makan predatornya. Para ilmuwan tidak yakin apa bahan kimia itu. Salah satu hipotesisnya adalah bahan kimia berasal dari racun semut.

Baca juga: Ahli Sebut Nenek Moyang Mamalia seperti Kadal Gemuk Berkepala Kecil

Kadal bertanduk diketahui suka memakan semut berbisa. Kadal dapat memakan semut tanpa cedera karena tampaknya menetralkan racun semut.

Setelah kadal menyemprotkan darah, kadal akan membersihkan sisa-sisa tersebut menggunakan selaput membran yang ada di kelopak mata ketiga kadal.

Kelopak mata transparan yang melapisi mata ini memang ditemukan di semua kadal.

Pendarahan otomatis merupakan salah satu bentuk mekanismme pertahanan diri yang menarik.

Tidak hanya terbatas pada kadal bertanduk saja, pendarahan otomatis ini ditemukan pula pada beberpa spesies ular.

Mereka menyemprotkan darah, bukan hanya dari matanya tapi juga lubang hidung atau lubang kloaka.

Baca juga: Kadal Berusia 110 Juta Tahun Ditemukan Terjebak dalam Batu Ambar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com