Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Tarsius Makassar: Si Kecil Segudang Peran

Kompas.com - 14/04/2023, 14:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dengan pakan utama berupa serangga, tarsius makassar justru berperan untuk membantu petani dan pemilik kebun sehingga terhindar dari kerugian yang timbul akibat membludaknya populasi serangga hama.

Baca juga: Tarsius Togean, Tarsius Endemik ke-12 dari Sulawesi

Penyedia jasa pengatur

Peran sebagai pengendali populasi serangga, membuat satwa ini mendapat julukan tambahan sebagai penyedia jasa lingkungan khususnya sebagai pengatur (regulating ecosystem service).

Sayangnya peran sebagai penyedia jasa pengatur lingkungan masih luput dari perhatian karena tidak memberi manfaat ekonomi langsung kepada masyarakat.

Meskipun demikian, ditengah makin meningkatnya minat terhadap pertanian organik dan meninggalkan penggunaan pestisida berbahan kimia, keberadaan satwa pengendali hama secara alami menjadi hal yang akan makin mendapat perhatian karena dapat membantu mempertahankan ketahanan pangan dengan cara yang ramah lingkungan.

Pengembangan manfaat

Tarsius makassar juga memiliki manfaat ekonomi. Beberapa tahun belakangan ini, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) telah mengembangkan wisata tarsius makassar.

Satwa ini bahkan menjadi ikon wisata dari site wisata alam Pattunuang Asue yang merupakan salah satu obyek wisata alam yang dikelola oleh TN Babul. Satwa yang memiliki wajah yang unik mirip mahluk luar angkasa (alien) ini telah menarik perhatian cukup banyak wisatawan.

Menjaga kelestarian dengan menebar manfaat

Pengembangan potensi wisata tarsius makassar merupakan alternatif untuk menumbuhkan kembali gaung pariwisata berkelanjutan.

Baca juga: Peneliti Rilis Dua Spesies Baru Tarsius di Sulawesi

Di tengah makin maraknya wisata massal di kawasan konservasi yang terkesan kurang memperhatikan sisi keberlanjutan, maka berwisata untuk menyaksikan atraksi satwa dari jarak tertentu, merupakan alternatif untuk menggalakkan pengembangan wisata yang tetap menempatkan kelestarian satwa dan habitatnya sebagai prioritas.

Menyaksikan atraksi tarsius makassar secara langsung di habitat alaminya, tanpa mengganggu ketenangan satwa, menjadi alternatif wisata berkelanjutan yang dapat dikembangkan di masa depan.

Wisata seperti ini merupakan salah satu bentuk ekowisata, yang ramah lingkungan, rendah karbon dan menyelipkan pendidikan konservasi dalam pelaksanaannya. Penerapan bentuk wisata seperti ini akan meningkatkan kesadaran wisatawan untuk senantiasa menjaga kenyamanan satwa yang menjadi obyek wisata.

Wisatawan akan melakukan aktivitas tanpa menggunakan sarana yang dapat menyebabkan peningkatan pelepasan karbon ke atmosfir. Selain itu berwisata hanya akan dilakukan pada areal tertentu yang memang diperuntukkan bagi wisata terbatas.

Wisatawan akan selalu didampingi oleh pemandu wisata handal yang memahami seluk beluk tarsius makassar. Wisata ini juga hanya mengakomodir wisatawan dalam kelompok kecil, untuk lebih menjamin kenyamanan wisatawan.

Wisatawan akan lebih memiliki kesempatan untuk menikmati suasana alam secara lebih privasi, tanpa terganggu oleh kehadiran banyaknya wisatawan lain.

Berbagai hal tersebut berguna agar wisata dpat berlangsung tapi dengan meminimalisir terganggunya kelompok maupun habitat tarsius makassar, serta memungkinkan tarsius makassar dapat hidup lestari dan berkembangbiak dengan nyaman di habitatnya.

Baca juga: Mengapa Tak Semua Primata Berevolusi Jadi Manusia?

Indra ASLP Putri dan Fajri Ansari
Peneliti di Pusat Riset ekologi dan etnobiologi, BRIN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com