Oleh:Nazeeia Sayed
RAMADAN adalah bulan dalam penanggalan Islam ketika Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selama sebulan, umat Islam menjauhkan diri dari semua kesenangan indrawi (seperti makanan dan minuman, seks) dari fajar hingga senja.
Baca juga: Ini Tips Puasa untuk Lansia, Hindari Makanan Tinggi Gula hingga Rutin Olahraga
Waktunya difokuskan pada doa, Al-Qur'an, perhatian mendalam dan refleksi spiritual. Durasi puasa bervariasi dari 13 hingga 18 jam sehari, tergantung pada waktu siang hari di suatu negara. Muslim percaya bahwa puasa membantu mengembangkan ketundukan mereka kepada Tuhan, empati dengan orang miskin dan pertobatan atas dosa masa lalu.
Ahli diet profesional Dr Nazeeia Sayed berbicara dengan Faaizah Laher, juga seorang ahli diet profesional dan juru bicara Association for Dietetics di Afrika Selatan, tentang pendekatan puasa yang paling sehat.
Selama berpuasa, jadwal makan, asupan cairan, serta waktu tidur dan bangun diubah. Ini menyebabkan perubahan fisiologis, biokimia dan metabolisme dalam tubuh.
Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan tersebut tergantung pada jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi selama sebulan.
Awalnya individu mungkin mengalami sakit kepala, pusing, dan mual karena mereka kurang tidur dan mengkonsumsi lebih sedikit kafein.
Pada minggu kedua tubuh sudah terbiasa dengan perubahan dan sistem pencernaan sudah bisa istirahat. Ukuran perut berubah dan jumlah makanan yang bisa dimakan seseorang setiap kali makan juga berkurang.
Selama Ramadan, seperti waktu lainnya, seseorang harus makan makanan seimbang. Suatu pendekatan makanan seimbang yang terdiri dari protein tanpa lemak, pati gandum utuh, sayuran, buah-buahan, dan lemak sehat jantung akan memungkinkan individu mengalami penurunan berat badan, lemak tubuh, tekanan darah dan tingkat kecemasan.
Pengurangan peradangan dan kadar lipid darah baik untuk kesehatan jantung.
Baca juga: Tips Puasa Ramadhan untuk Penderita Maag dan Tukak Lambung
Diet seimbang adalah cara non-farmakologis (tanpa obat) yang sehat untuk meminimalkan faktor risiko seperti gangguan pencernaan, dehidrasi, dan sembelit, tapi tetap meningkatkan kesehatan.
Landasan Ramadan adalah untuk berlatih perhatian atau kesadaran penuh (mindfulness), disiplin dan kontrol. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengatur ulang dan mempelajari kebiasaan nutrisi yang lebih baik. Jendela makan dan minum pada siang hari terbilang kecil.
Makan perlahan, dan membaca tanda-tanda lapar dan kenyang, penting untuk mencegah ketidaknyamanan. Makanan juga dapat dipecah menjadi dua makan malam yang lebih kecil daripada satu kali makan besar.
Makanan besar yang tinggi lemak dan gula dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, mual dan sembelit atau memperparah masalah penyakit yang sudah ada.
Berfokuslah pada metode memasak yang lebih sehat seperti memanggang, membakar, menggoreng atau merebus dengan udara (air frying dan air stewing), bukan menggoreng dengan minyak banyak dan makanan berminyak.