Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Hujan Abu yang Terjadi Saat Erupsi Gunung Berapi?

Kompas.com - 11/03/2023, 16:46 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber USGS

KOMPAS.com - Hujan abu menyelimuti sebagian wilayah di Kabupaten dan Kota Magelang, Jawa Tengah, setelah Gunung Merapi memuntahkan awan panas guguran, Sabtu (11/3/2023).

Abu pekat pun menutupi jalan dan atap rumah warga. Selain itu, dikutip dari Kompas.com, abu juga menyebabkan jarak pandang berkurang akibat debu vulkanik Gunung Merapi.

Lantas, apa itu hujan abu vulkanik yang sering kali terjadi setelah erupsi gunung berapi seperti Gunung Merapi yang memuntahkan awan panas guguran?

Dilansir dari dari United State Geological Survey (USGS), hujan abu adalah partikel dari batu bergerigi kecil dan kaca alami yang dihembuskan ke udara saat gunung berapi erupsi.

Baca juga: Apa Itu Fenomena Hujan Meteor?

Umumnya, ukuran abu vulkanik yang dihasilkan saat erupsi gunung berapi yang diterbangkan angin ke udara ini ukurannya sekitar 2 Mm, bahkan hujan abu dengan partikel yang paling kecil bisa berukuran kurang dari 0,0001 Mm.

Kendati disebut sebagai abu, namun abu vulkanik ini tidak seperti abu hasil pembakaran yang berasal dari kayu, daun atau kertas.

Sebab, meski tampak lembut, namun abu vulkanik memiliki struktur yang sifatnya keras, tidak dapat larut dalam air, sangat abrasif dan agak korosif. Bahkan, abu vulkanik dapat menghantarkan listrik saat teksturnya basah.

Proses terbentuknya hujan abu

Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi teraktif, pada 11 Maret 2023 pukul 12.12 WIB mengalami erupsi dan memuntahkan awan panas guguran, serta menyebabkan sejumlah wilayah di Magelang, Jawa Tengah dilanda hujan abu vulkanik.

Baca juga: Apa Itu Cincin Api Pasifik yang Membuat Wilayah Indonesia Sering Gempa?

Kejadian luncuran awan panas Gunung Merapi, Sabtu (11/3/2023) pukul 12.12 WIB. Warga diimbau jauhi daerah bahaya dan ikuti arahan petugas keselamatan. @TRCBPBDDIY Kejadian luncuran awan panas Gunung Merapi, Sabtu (11/3/2023) pukul 12.12 WIB. Warga diimbau jauhi daerah bahaya dan ikuti arahan petugas keselamatan.

Seperti diketahui bahwa Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi teraktif di Pulau Jawa dan sering mengalami erupsi, serta menyebarkan abu vulkanik ke beberapa daerah di sekitarnya.

Terbentuknya abu vulkanik pun dapat terjadi selama letusan gunung berapi yang eksplosif.

Letusan eksplosif yang bisa menyebabkan hujan abu, terjadi ketika gas yang larut dalam batuan cair atau magma, mengembang dan keluar dengan keras ke udara.

Kekuatan gas yang keluar itu pun menghancurkan batuan padat. Selanjutnya, gas yang mengembang juga mengoyak magma dan meledakkannya ke udara, di mana ia akan mengeras menjadi pecahan batu dan kaca vulkanik.

Saat material itu berada di udara, maka abu dan gas panas akan naik dengan cepat lalu membentuk kolom letusan yang menjulang tinggi, ketinggiannya sering kali mencapai lebih dari 30.000 kaki atau sekitar 9.144 meter.

Baca juga: Apa Itu Fenomena Hujan Es yang Sering Terjadi Saat Cuaca Ekstrem?

Sementara, fragmen batuan yang lebih besar berukuran lebih dari 5,08 Cm yang dikeluarkan oleh ledakan saat gunung berapi meletus, biasanya akan jatuh dalam jarak beberapa mil dari lokasi letusan.

Kendati demikian, partikel debu vulkanik akan dihembus angin dengan cepat untuk membentuk awan letusan.

Sedangkan saat awan melayang melawan arah angin dari gunung berapi yang meletus, maka abu yang jatuh dari awan biasanya berukuran lebih kecil dan membentuk lapisan yang lebih tipis yang kemudian inilah yang dikenal masyarakat sebagai hujan abu.

Hujan abu yang dihembuskan angin ini dapat menempuh jarak hingga ratusan kilometer, bahkan ada yang mengelilingi Bumi.

Baca juga: Apa Itu Sesar Gempa yang Sering Jadi Penyebab Gempa Bumi di Indonesia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com