Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/01/2023, 15:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lina Medina tercatat sebagai ibu termuda dalam sejarah. Ia melahirkan putranya di usia 5 tahun dengan prosedur caesar.

Kasus kehamilan pada anak ini memang cukup menyita perhatian, karena bagaimana seorang anak bisa mengalami pubertas dini dan kemudian hamil.

Teori menyebut jika ada kelainan pada kelenjar yang mengatur produksi hormon seks tubuh yang akhirnya membuatnya mengalami menstruasi lebih awal.

Namun pada umumnya seseorang akan mengalami menstruasi pertama mereka di antara usia 10 hingga 16 tahun.

Meski sekarang, penelitian mengisyaratkan bahwa usia menstruasi pertama atau menarche cenderung menurun.

Artinya, jumlah anak yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 10 tahun, menurut Dr. Melissa Simon, profesor dan dokter kandungan di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern Feiberg, Chicago, cenderung meningkat.

Baca juga: Apa Saja Risiko Berenang di Laut?

Risiko kehamilan pada anak

Padahal jika sampai kehamilan terjadi pada usia anak, itu jelas memiliki risiko dan berpotensi mengancam jiwa.

"Ada banyak potensi bahaya kehamilan saat Anda berusia 9 atau 10 tahun," kata Simon seperti dikutip dari Live Science, Selasa (24/1/2023).

Misalnya selama kehamilan, volume darah dalam tubuh seseorang meningkat sekitar 50 persen dan semua cairan ekstra itu dapat membuat tekanan yang luar biasa pada jantung, termasuk pada anak yang hamil.

Tubuh anak yang sedang tumbuh mungkin juga kekurangan nutrisi penting seperti kalsium karena nutrisi tersebut dialihkan ke janin yang sedang berkembang.

Dibandingkan dengan ibu di awal usia 20-an, ibu berusia 10 hingga 19 tahun menghadapi risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi yang berbahaya pada kehamilan (preeklampsia) yang dapat menyebabkan komplikasi seperti kejang dan koma (eklampsia).

Menurut WHO, kehamilan pada anak juga menghadapi peningkatan risiko infeksi sistemik dan infeksi pada lapisan rahim (endometritis nifas) serta anemia ibu, di mana jumlah sel darah merah pembawa oksigen yang sehat dalam tubuh menurun secara signifikan.

Baca juga: Apa Saja yang Dapat Membuat Manusia Punah?

Ilustrasi kehamilan pada masa remajaShutterstock Ilustrasi kehamilan pada masa remaja

"Komplikasi, morbiditas, dan mortalitas jauh lebih tinggi pada anak perempuan di bawah 15 tahun dibandingkan anak perempuan berusia 16 hingga 19 tahun, meskipun usia 16 hingga 19 tahun memiliki angka kematian dua kali lebih tinggi daripada wanita berusia 20 tahun ke atas," Dr. Ashok Dyalchand, kepala Institut Kesehatan Management Pachod, organisasi kesehatan masyarakat yang melayani komunitas terpinggirkan di India tengah.

Karena panggul yang sempit, anak-anak juga menghadapi risiko tinggi persalinan yang terhambat. Itu merupakan komplikasi berbahaya di mana bayi terjebak di jalan lahir saat melahirkan.

Persalinan terhambat memberi tekanan pada kandung kemih dan uretra dan meningkatkan risiko penyakit radang panggul, infeksi pada organ reproduksi.

Selain itu yang terhambat dapat menyebabkan pecahnya jalan lahir, membuat lubang muncul antara vagina dan kandung kemih atau rektum di mana urin dan feses dapat bocor.

Baca juga: Apa Saja Gejala Depresi yang Perlu Diketahui?

Dengan risiko tersebut, dokter biasanya akan merekomendasikan operasi caesar kehamilan anak

Akan tetapi proses persalinan anak yang hamil tersebut pun juga punya risiko tersendiri, seperti pendarahan hebat, infeksi dan luka kandung kemih serta usus.

Selain itu, prosedur ini dapat meningkatkan kemungkinan operasi caesar pada kehamilan berikutnya.

Selain risiko medis tersebut, anak-anak hamil juga dapat mengalami trauma mental yang signifikan.

"Saya bahkan tidak bisa membayangkan kerugian mental seperti apa yang akan terjadi pada seorang anak," ungkap Simon.

Baca juga: Apa Saja Gejala Infeksi Amoeba Pemakan Otak yang Menyerang Pria Korea Selatan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com