Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Mimi Berdarah Biru

Kompas.com - 24/01/2023, 09:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

JIKA mendengar nama mimi maka terbayang di kalbu saya, seorang wanita cantik jelita lemah lembut menawan hati seperti tokoh utama opera La Boheme mahakarya Giacomo Puccini.

Namun sebagai satwa laut, mimi memiliki tubuh yang sama sekali tidak cantik. Tubuh mimi alih-alih menawan hati malah sangat menyeramkan sehingga digunakan sebagai ilham wajah monster di dalam serial film sains fiksi horror-teror “Predator” yang perdananya dibintangi oleh Arnold Schwarzenegger.

Satwa laut yang di Indonesia disebut sebagai mimi juga dikenal sebagai ketam tapal kuda atau belangkas yang oleh para palaentolog dianggap sebagai mahluk hidup lebih tua usia ketimbang dinausaurus sehingga disohorkan sebagai fosil hidup.

Baca juga: Hendak Jual Ratusan Belangkas, Nelayan di Serdang Bedagai Ditangkap

Di masa kini, terdapat empat jenis mimi. Satu jenis hidup di kawasan lautan Amerika Utara dan Teluk Meksiko, tiga jenis lain hidup di kawasan laut China Selatan dan Asia Selatan.

Di dunia kiasan kerap kali disebutkan bahwa kaum ningrat berdarah biru. Darah mimi beda dari darah manusia dalam hal kandungan protein pembawa oksigen yaitu hemocyanin sehingga warna darah mimi bukan merah tetapi biru. Darah mimi sangat berguna sebagai bahan uji-coba obat-obatan demi tidak berbahaya bagi mamusia.

Mimi merupakan satu-satunya jenis ordo xiphosura yang masih bertahan hidup sejak masa purba sampai masa kini. Meski disebut sebagai ketam namun secara jenis sebenarnya mimi lebih dekat ke keluarga kalajengking dan laba-laba.

Mimi berkaki 12 tetapi hanya sepuluh berfungsi untuk berjalan. Mata mimi berjumlah bukan cuma dua tetapi 10. Ekor panjang mimi sangat berguna sebagai alat kemudi untuk memutar balik tubuh apabila pada posisi terbalik di daratan serta sebagai kendali arah ketika sedang berenang di dalam air. Mimi mampu berenang pada posisi terlentang.

Satwa laut yang aktif saat malam hari atau nokturnal ini, memakan cacing laut, kerang, dan ikan kecil. Ketika mencari makan, mereka menggunakan rambut-rambut kecil di sekitar mulut untuk mengais dasar laut. Mirip kunang-kunang, tubuh mimi bisa bercahaya ketika berada di dalam laut gelap gulita.

Baca juga: Semakin Keras Upaya Mendapatkan Vaksin Corona, Semakin Banyak Kepiting Belangkas Diperas Darahnya

Legenda Mimi dan Mintuna sebagai simbol kesetiaan diduga terinspirasi oleh gaya hidup para pasangan belangkas yang memang cenderung monogamis. Uniknya lagi, hewan ini tidak bereproduksi seperti pada umumnya. Sang betina biasa menanam telur-telurnya di dalam lubang pasir pantai.

Kepiting tapal kuda alias kepiting belangkas.BBC Indonesia Kepiting tapal kuda alias kepiting belangkas.
Lalu sang jantan akan mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur-telur tersebut. Dalam sekali bertelur, induk bisa mengeluarkan puluhan ribu butir telur. Namun dari sekian banyak mimi yang menetas hanya beberapa saja yang bertahan hidup hingga dewasa.

Tubuh mimi terlindung oleh cangkang yang keras sehingga relatif aman terhadap para predator kecuali manusia yang mencari profit dengan menjual darah mimi dengan harga mahal.

Telur mimi yang kaya protein merupakan makanan yang digemari para predator sesama satwa laut dan para burung yang mencari makan di kawasan pantai.

Apabila secara khusus tidak dilindungi oleh manusia, maka bukan mustahil belangkas yang terbukti mampu bertahan hidup lebih lama ketimbang dinosaurus justru akan punah pada abad XXI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com