Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukti Awal Panen Padi di China Terungkap dari Temuan Alat Batu Kuno

Kompas.com - 09/12/2022, 09:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

Analisis menunjukkan bahwa 30 serpih batu memiliki pola pakai yang serupa dengan yang dihasilkan oleh panen tanaman mengandung silika, termasuk padi.

Goresan halus, polesan, dan ujung bulat membedakan alat yang digunakan untuk memoting tanaman dari alat yang digunakan untuk mengolah bahan keras, memotong jaringan hewan, dan mengikis kayu.

Sementara itu melalui analisis residu phytolith, peneliti menganalisis residu mikroskopis yang tertinggal di serpihan batu dan menemukan 28 alat mengandung phytolith beras.

"Yang menarik tentang phytolith beras adalah sekam dan daun padi menghasilkan berbagai jenis phytolith, yang memungkinkan kami untuk menentukan bagaimana beras dipanen," papar Wang.

Temuan bukti awal panen padi dari alat batu kuno tersebut kemudian menggambarkan bahwa dua jenis metode panen padi digunakan saat itu, yakni teknik pisau jari dan sabit. Keduanya masih dipakai di Asia sampai sekarang.

Baca juga: Bangladesh Siap Tanam Varietas Padi Beras Emas, Ini Keunggulannya

Namun serpihan batu dari fase awal menunjukkan bahwa padi sebagian besar dipanen dengan metode pisau jari, di mana pemanen memotong bagian atas tanaman padi.

Alat yang digunakan untuk metode ini memiliki guratan yang sebagian besar tegak lurus atau diagonal pada tepi serpihan batu, menunjukkan gerakan memotong atau menggores.

Sementara batu yang berasal dari fase selanjutnya memiliki lebih banyak bukti pemanenan dengan metode sabit, di mana bagian bawah tanaman yang dipotong. Alat yang dipakai menunjukkan gerakan mengiris digunakan pada saat panen.

"Panen dengan metode sabit lebih banyak digunakan saat padi mulai didomestikasi dan lebih banyak benih matang yang tertinggal di tanaman," jelas Wang.

Ia juga menyebut berhubung seluruh tanaman dipanen pada saat yang sama, daun dan batang pagi juga dapat digunakan untuk bahan bakar, bahan bangunan dan keperluan lainnya. Ini membuat metode pemanenan jauh lebih efektif.

"Kedua metode pemananen akan mengurangi kerusakan benih. Itu sebabnya kami berpikir domestikasi beras didorong oleh seleksi tak sadar manusia," tambah Wang.

Baca juga: 5 Fakta tentang Padi Gogo, Varietas Unggul Asli Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com