Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/11/2022, 11:30 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.cm - Legenda tentang cumi-cumi raksasa telah ada selama ribuan tahun. Tapi benarkah ada cumi-cumi terbesar di dunia?

Ada dua cumi-cumi yang bisa dianggap sebagai yang terbesar hingga saat ini. Pertama adalah cumi-cumi raksasa (Architeuthis dux) yang merupakan cumi-cumi terpanjang. Kedua adalah cumi-cumi kolosal (Mesonychoteuthis hamiltoni) yang merupakan cumi-cumi terberat.

Mengutip Live Science, Senin (28/11/2022) cumi-cumi raksasa ditemukan di setiap samudra, diperkirakan mencapai panjang sekitar 12 hingga 14 meter yang dihitung dari ujung tubuhnya hingga ujung tentakelnya.

Baca juga: Mengenal Cumi-cumi Raksasa, Penghuni Laut Dalam yang Misterius

 

Menurut Heather Judkins, ahli cephalopoda di University of South Florida di St. Petersburg, cumi-cumi raksasa beratnya bisa mencapai 270 kilogram.

Namun ada klaim penampakan cumi-cumi raksasa dengan panjang hingga 20 m, hanya saja itu belum diverifikasi.

Sementara cumi-cumi kolosal, yang hidup di perairan Antartika dan bisa berkelana sampai Selandia Baru, diperkirakan memiliki panjang 9 hingga 10 meter, yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan cumi-cumi raksasa.

Tapi berat badannya sendiri mampu mencapai hingga 450 kilogram, menjadikan cumi-cumi kolosal sebagai invertebrata paling masif di Bumi.

Cumi-cumi raksasa dan cumi-cumi kolosal memiliki mata terbesar dari semua hewan hidup dan mungkin mata terbesar yang pernah ada di kerajaan hewan.

Sebuah studi tahun 2012 yang dipublikasikan di jurnal Current Biology menunjukkan, mata cumi-cumi lebarnya sekitar 27 sentimeter atau seukuran bola sepak.

Setiap mata cumi kolosal juga dilengkapi dengan organ pemancar cahaya yang dikenal sebagai photophore. Cumi-cumi menggunakan organ itu seperti lampu depan untuk melihat dalam kegelapan.

Cumi-cumi kolosal juga memiliki paruh terbesar dari semua cumi-cumi, terbuat dari bahan yang mirip dengan kuku manusia.

Cumi-cumi menggunakan paruhnya untuk mengiris makanan menjadi potongan-potongan seukuran gigitan sebelum masuk ke mulut, dan organ seperti lidah yang tertutup gigi yang disebut radula mencabik-cabik makanan lebih jauh begitu berada di dalam paruh.

Baca juga: Bangkai Cumi-cumi Raksasa Punya Mata Sebesar Piring Terdampar di Afrika Selatan

Kedua spesies cumi-cumi besar itu memakan ikan dan cumi-cumi lainnya. Setelah mereka mencapai usia dewasa, satu-satunya predator yang kemungkinan besar mereka hadapi adalah paus sperma.

Berhubung lautan begitu luas dan cumi-cumi hidup begitu dalam, monster laut ini jarang terlihat. Foto pertama cumi-cumi besar baru diambil pada tahun 1874, ketika Pendeta Moses Harvey dari Newfoundland memotretnya.

Baca juga: Bangkai Cumi-cumi Raksasa Terdampar di Pantai Selandia Baru, Seperti Apa?

Sementara itu, ilmuwan sebagian besar mengetahui mengenai cumi-cumi raksasa hanya berdasarkan dari sisa-sisa yang ditemukan mengambang di permukaan laut, terdampar di pantai, atau di dalam perut paus sperma. Hal yang sama juga berlaku untuk cumi-cumi kolosal.

Para ilmuwan tidak berhasil menangkap foto cumi-cumi raksasa dewasa di habitat aslinya hingga tahun 2004, dan rekaman video pertama cumi-cumi raksasa dewasa di alam liar baru diambil pada tahun 2012.

Demikian pula, tidak ada yang pernah melihat cumi-cumi kolosal utuh hingga tahun 2003.

Namun Ekspedisi internasional ke Antartika Desember ini, akan mencoba menemukan dan memfilmkan cumi-cumi kolosal di laut dalam untuk pertama kalinya.

"Mendapatkan kesempatan untuk mengabadikan mereka dengan sistem kamera terapung yang dioperasikan dari jarak jauh sangatlah bagus. Ini adalah cara terbaik untuk mengamati perilaku," ungkap Judkins.

Baca juga: 5 Perbedaan Cumi-cumi dan Gurita

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com