Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Panas Berisiko Tingkatkan Kanker Kulit, Ini Kata Dokter

Kompas.com - 16/08/2022, 08:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dokter memperingatkan cuaca panas dengan suhu makin tinggi, berpotensi meningkatkan kasus kanker kulit yang berisiko mematikan seperti melanoma.

Terlebih, negara di Eropa seperti Inggris telah mencetak rekor suhu tertinggi hingga 40,2 derajat Celsius pada bulan lalu.

Oleh sebab itu, mereka mengkhawatirkan, jika orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu di bawah sinar Matahari dan terpapar radiasi UV yang lebih besar.

“Sebagai seorang dokter yang merawat pasien dengan melanoma, saya benar-benar khawatir bahwa tren berkelanjutan di musim panas yang lebih panas akan menyebabkan lebih banyak kasus dan kematian akibat melanoma,” papar profesor onkologi medis di University of Sheffield, Sarah Danson,

Baca juga: 7 Makanan yang Mengandung Banyak Air, Cocok Dikonsumsi saat Cuaca Panas

Dijelaskan oleh ilmuwan klinis yang memimpin kelompok penelitian di University of Leeds, Julia Newton-Bishop, melanoma adalah penyakit yang disebabkan sengatan sinar Matahari.

"Cuaca saat ini sangat ekstrem sehingga saya khawatir bahwa sengatan Matahari akan meningkat dan kemudian insiden penyakit ini (kanker kulit) juga akan meningkat," ujarnya dilansir dari The Guardian, Minggu (14/8/2022).

Sementara itu, pakar ilmu iklim di University of Bristol Prof Dann Mitchell menuturkan, hubungan antara cuaca yang lebih panas dan kesehatan mungkin terjadi secara tidak langsung.

Namun salah satu tanda paling jelas dari perubahan iklim, katanya, adalah suhu yang meningkat di sepanjang tahun.

Kondisi tersebut pada akhirnya mengubah pola perilaku masyarakat. Misalnya saja di Inggris, yang mana masyarakatnya cenderung lebih sering keluar rumah saat suhu panas.

"Hal ini menyebabkan lebih banyak paparan sinar Matahari sepanjang tahun, dan yang terpenting lebih banyak paparan bagian UV dari sinar matahari itu, yang merupakan faktor risiko kanker kulit," terang Mitchell.

Melonjaknya prevalensi kanker kulit

Menurut data dari Cancer Research UK, tingkat kematian akibat kanker kulit di kalangan pria di Inggris telah meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak tahun 1970-an.

Peningkatan kasus tersebut juga tercatat di kalangan wanita. Pihaknya menduga, hal itu mungkin karena sejumlah faktor termasuk paparan sinar Matahari yang lebih sering selama periode liburan.

Senada dengan ahli lainnya, Michelle Mitchell, kepala eksekutif Cancer Research UK menekankan kulit yang terbakar sinar Matahari dapat melipatgandakan risiko kanker kulit.

Baca juga: Turun Hujan Saat Cuaca Panas, Kenapa Bisa Terjadi? Ini Penjelasan Sains

 

Ilustrasi cuaca panas. Suhu Inggris diperkirakan mencapai 40 derajat Celsius pada Senin (18/7/2022) dan Selasa (19/7/2022). Red Warning atau peringatan merah keluar untuk kali pertama.SHUTTERSTOCK/VladisChern Ilustrasi cuaca panas. Suhu Inggris diperkirakan mencapai 40 derajat Celsius pada Senin (18/7/2022) dan Selasa (19/7/2022). Red Warning atau peringatan merah keluar untuk kali pertama.

Di sisi lain, Karis Betts, yang merupakan manajer informasi kesehatan senior di Cancer Research UK mengatakan, masih terlalu dini untuk mengetahui dampak gelombang panas baru-baru ini pada kasus kanker kulit.

Sebab, kanker biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang.

Baca juga: Minum Air Dingin Saat Cuaca Panas Ternyata Baik, Tapi ...

“Penting untuk diingat, bahwa sinar ultraviolet dari Matahari dan bukan panasnya yang menyebabkan kulit terbakar dan kanker kulit," ujar Betts.

"Matahari bisa cukup kuat untuk membakar dari pertengahan Maret hingga pertengahan Oktober di Inggris, baik itu gelombang panas atau bukan,” lanjutnya.

Danson mengatakan, ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi paparan sinar Matahari dan sengatannya, yakni menghindari paparannya dari jam 11 pagi hingga jam 3 sore, duduk di tempat teduh, memakai kemeja dan topi, serta selalu mengoleskan kembali tabir surya.

"Siapa pun yang khawatir tentang tahi lalat baru atau yang berubah bentuknya, harus segera mencari saran dari dokter umum mereka karena diagnosis dini sangat penting dan kami memiliki perawatan yang tersedia," jelas Danson.

Juli jadi bulan dengan suhu terpanas

Beberapa waktu lalu, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengungkapkan banyak negara yang baru saja mengalami satu dari tiga bulan Juli terpanas yang pernah ada.

Itu terjadi di tengah gelombang panas ekstrem, kekeringan dan kebakaran hutan yang melanda sejumlah wilayah di dunia.

Pihaknya menyebut, kenaikan suhu mendekati 0,4 derajat Celsius di atas suhu rata-rata dalam periode 1991-2020 di sebagian besar Eropa.

Adapun Eropa bagian barat daya dan barat menjadi wilayah dengan suhu tertinggi, karena gelombang panas yang intens sekitar pertengahan Juli.

“Kami melihat ini di beberapa tempat, tetapi tidak secara global,” ujar juru bicara WMO Clare Nullis dilansir dari laman UN News, Selasa (9/8/2022).

Baca juga: Mengapa Cuaca Panas Akhir-akhir Ini? BMKG Jelaskan Alasannya

Berdasarkan data, negara seperti Portugal, Perancis barat dan Irlandia memecahkan rekor tertinggi suhu terpanas.

Suhu tinggi dan kekeringan di Eropa saat ini juga memicu sejumlah kebakaran hutan yang terjadi di Portugal.

Selain Portugal, beberapa negara di Eropa Selatan juga mengalami kebakaran hutan, termasuk di Spanyol.

Mengutip data Copernicus Climate Change Service Eropa, badan cuaca PBB mengonfirmasi Eropa mengalami Juli terpanas untuk keenam kalinya.

Suhu panas ini, menyebar ke wilayah utara dan timur. Lalu, mengantarkan suhu yang sangat tinggi di negara-negara lain yakni Jerman dan sebagian Skandinavia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com