Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Patuk Pohon, Mengapa Burung Pelatuk Tak Alami Cedera Otak?

Kompas.com - 16/07/2022, 11:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Enam burung itu antara lain dua burung pelatuk hitam (Dryocopus martius), dua pelatuk jambul (Dryocopus pileatus) dan dua pelatuk tutul besar (Dendrocopos mayor).

Peneliti lantas dengan hati-hati mengukur perlambatan mata mereka saat paruh mematuk kayu.

Mereka menemukan bahwa, dalam milidetik setelah paruh mematuk kayu, mata dan kepala burung melambat pada tingkat yang pada dasarnya sama dengan paruh.

Itu berarti bahwa tulang spons di depan mata tidak menekan atau menyerap efek pukulan.

"Kepala mereka pada dasarnya berfungsi sebagai palu yang kaku dan kokoh saat mematuk," papar Van Wassenbergh.

Tim lalu menciptakan model digital pelatuk untuk menguji apa yang akan terjadi jika tulang spons menyerap patukan dan bantalan mengurangi sakit pada otak.

Baca juga: Jumlah Spesies Burung Terancam Punah di Indonesia Terbanyak di Dunia

Hasil pemodelan menunjukkan bahwa bahwa otak burung tak berisiko gegar otak karena dampaknya tak cukup kuat.

Mengingat ukuran dan berat otak burung pelatuk yang terletak di dalam wadah berisi cairan di tengkorak, mereka hanya akan mengalami kerusakan otak jika mematuk dua kali lebih cepat dari biasanya.

Kerusakan bisa terjadi juga bila burung pelatuk mengenai permukaan empat kali lebih keras daripada target kayu yang biasa mereka patuk.

Sementara penelitian lain menyebutkan bahwa burung-burung lain mungkin menderita efek benturan kepala seumur hidup bila melakukan hal serupa dengan pelatuk.

Studi tentang burung pelatuk tak pernah alami cedera otak meski sering patuk pohon ini telah dipublikasikan di jurnal Current Biology.

Baca juga: Cari Perhatian Betina, Burung Namdur Jantan Hias Sarang untuk Kawin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com