Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangau Raksasa Pernah Hidup di Flores 60.000 Tahun Lalu, Seperti Apa?

Kompas.com - 15/07/2022, 20:30 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Lebih dari 60.000 tahun yang lalu, pulau Flores merupakan rumah bagi burung bangau purba.

Mereka berbagi lanskap dengan hominin kecil hobbit ( Homo floresiensis ) yang diketahui juga menghuni pulau tersebut.

Bangau Zaman Es bernama Leptoptilos robustus ini berukuran raksasa, mampu tumbuh menjulang dengan tinggi lebih dari 1,5 meter, membuat hobbit yang hanya memiliki tinggi kurang dari 1 meter tampak makin kerdil.

Dikutip dari National Geographic, Jumat (15/7/2022) ahli paleontologi sebelumnya mengira burung besar itu adalah spesies yang tak dapat terbang, karena telah beradaptasi untuk hidup di ekosistem pulau yang terisolasi.

Baca juga: 5.200 Burung Bangau Mati akibat Wabah Flu Burung di Israel

Tetapi fosil yang baru dianalisis termasuk tulang sayap telah mengubah cerita. Terlepas dari ukuran bangau, peneliti menemukan lebar sayap hingga 3,6 meter memungkinkannya untuk terbang.

Temuan baru ini mendorong ahli untuk merevisi apa yang mereka pikirkan sebelumnya tentang anatomi dan perilaku L.robustus.

Ahli paleontologi mampu menciptakan pandangan baru tentang bangau raksasa Flores ini berkat 21 tulang, termasuk bagian sayap, yang ditemukan di gua Liang Bua.

Peneliti juga menyebut, alih-alih memburu mangsa kecil, studi baru menunjukkan L.robustus mungkin merupakan pemakan bangkai, seperti burung terbang prasejarah lainnya yang diketahui mengandalkan bangkai herbivora sebagai makanan mereka.

Preferensi bangau Flores ini terhadap bangkai pun dapat menjelaskan mengapa hewan itu akhirnya punah.

Selain burung besar, Flores juga adalah rumah bagi spesies Stegodon, kerabat dekat gajah yang telah punah.

"Dan bangau raksasa rupayanya bergantung pada Stegodon untuk sebagian besar makanan mereka," ungkap Hanneke Meijer, ahli paleontologi Universitas Bergen dan juga penulis utama studi.

Ia menunjukkan, bahwa tulang Stegodon ditemukan di samping tulang burung di sebuah gua, di mana burung tak akan mengambil risiko memasukinya jika tak ada daya tarik.

Baca juga: Puluhan Tahun Menghilang, Burung Beo Macaw Spix Kembali Terbang di Brasil

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com