Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Subvarian BA.4 dan BA.5 Terungkap 4 Kali Lebih Tahan Vaksin mRNA, Studi Jelaskan

Kompas.com - 14/07/2022, 11:31 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi ungkap subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 empat kali lebih tahan terhadap vaksin Covid-19 jenis mRNA. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 menjadi strain dominan dari virus corona yang beredar di negara tersebut saat ini.

Pada 13 Juli 2022, tercatat lebih dari 80 persen kasus yang terjadi disebabkan oleh dua subvarian ini.

Belum diketahui secara pasti subvarian BA.4 dan BA.5 merupakan evolusi dari varian Omicron asli atau bukan.

Akan tetapi para ahli percaya, kemungkinan subvarian ini berevolusi dari varian BA.2 Omicron yang sebelumnya dominan.

Baca juga: 5 Fakta Subvarian BA.4 dan BA.5, Karakteristik hingga Upaya Pencegahannya

Dilansir dari Medical News Today, Kamis (14/7/2022) dua subvarian terbaru ini awalnya terdeteksi di Afrika Selatan pada April lalu, dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dan memiliki tingkat penularan yang tinggi.

Subvarian BA.4 dan BA.5 membawa mutasi pada protein lonjakan, bagian dari virus yang menempel pada reseptor ACE2 di bagian sel manusia sehingga dapat memasukinya.

Memahami vaksin dan pilihan pengobatan dapat menginformasikan pengembangan terapi baru dan membantu merencanakan inisiatif kesehatan masyarakat.

Dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature, peneliti melakukan eksperimen untuk mengetahui seberapa baik antibodi dari orang yang telah mendapatkan vaksinasi dapat menetralkan subvarian baru.

Hasilnya dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan BA.2, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 setidaknya empat kali lebih tahan terhadap antibodi pada orang yang menerima vaksin mRNA.

Baca juga: Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia, Bagaimana Karakteristiknya?

Vaksin Covid-19 Tangkal Penularan Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5Shutterstock Vaksin Covid-19 Tangkal Penularan Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

Meskipun penelitian baru menunjukkan kekebalan terhadap subvarian Omicron yang dominan tampaknya berkurang, penting untuk menggarisbawahi bahwa vaksin mRNA terus memberikan perlindungan berbasis sel B dan T yang sangat tahan lama terhadap kondisi parah termasuk rawat inap dan kematian.

Selain itu, data awal menunjukkan infeksi alami yang terjadi hingga 14 bulan yang lalu, tetap 97 persen protektif terhadap subvarian Omicron saat ini.

Secara umum, kekebalan sel T dari vaksin mRNA tetap protektif untuk semua varian Covid-19.

Antibodi Covid-19 dari vaksin mRNA

Dalam studi yang dilakukan, para peneliti mengumpulkan sampel darah dari orang-orang yang menerima tiga dosis vaksin mRNA Covid-19.

Data juga dikumpulkan dari individu yang menerima dua vaksin mRNA Covid-19 dan sebelumnya telah terpapar varian non-Omicron SARS-CoV-2.

Baca juga: Ketahui Gejala Khas Subvarian Omicron BA.5 yang Kerap Muncul Saat Malam Hari

Selanjutnya, para peneliti menguji antibodi dari individu-individu ini terhadap berbagai virus lain dari subvarian Omicron.

Ditemukan bahwa Omicron BA.2.12.1, varian SARS-CoV-2 yang dominan di Amerika Serikat pada Mei hingga Juni, sebesar 1,8 kali lipat lebih tahan terhadap antibodi dari individu yang divaksinasi dan booster dibandingkan subvarian BA.2.

Kendati begitu, BA.4 dan BA.5 mempunyai kekuatan 4,2 kali lebih tahan terhadap antibodi dari individu yang divaksinasi dan dikuatkan.

Para peneliti juga menguji pseudovirus terhadap 21 perawatan antibodi monoklonal, yang dibuat di laboratorium dan biasanya diberikan melalui infus untuk membantu sistem kekebalan melawan infeksi.

Dari 21 perawatan antibodi monoklonal, hanya satu yang tetap sangat efektif melawan subvarian Omicron BA.2.12.1, BA.4, dan BA.5.

Baca juga: Subvarian Baru Omicron BA.2.75 Diidentifikasi di India, Ini Kata Epidemiolog

Ilustrasi Omicron siluman, subvarian BA.1, subvarian BA.2, subvarian BA.3, subvarian Omicron.freepik Ilustrasi Omicron siluman, subvarian BA.1, subvarian BA.2, subvarian BA.3, subvarian Omicron.

Subvarian Omicron dan mutasi

Dikarenakan garis keturunan Omicron dari SARS-CoV-2 terus berevolusi, virus lebih menular dan lebih menghindari antibodi.

Peneliti mencatat bahwa penting untuk tetap waspada ketika memantau varian dominan SARS-CoV-2, tapi tetap menyadari bahwa virus muncul secara acak dan tidak terduga.

Direktur Program Penelitian Vaksin Vanderbilt di Universitas Vanderbilt Dr. Clarence Buddy Creech II, MPH mengatakan bahwa tidak mengherankan bahwa subvarian yang muncul mampu menghindari kekebalan.

“Varian yang mudah dinetralisir oleh sistem kekebalan kita akan mengalami kesulitan menjadi strain dominan sekarang karena sebagian besar individu telah divaksinasi atau terinfeksi Covid-19,” jelas dia.

Secara terpisah, profesor Kesehatan Global dan Epidemiologi di Universitas George Mason Amira Roess, PhD, MPH, manyampaikan ada kemungkinan bahwa manusia akan melihat lebih banyak subvarian dari virus corona.

Baca juga: WHO: Subvarian BA.2 Son of Omicron Akan Meningkat Secara Global

Kendati begitu, penelitian yang dilakukan masih terbatas dikarenakan hanya membahas peran antibodi yang diproduksi oleh individu dan antibodi monoklonal, serta bukan sistem kekebalan seluler dalam menetralkan virus.

Perbedaan tingkat kekebalan terhadap Covid-19 disebabkan beberapa hal seperti tingkat vaksinasi, usia, langkah keamanan publik, dan lainnya.

Faktor-faktor yang bervariasi ini mengartikan bahwa BA.4 dan BA.5 dapat mempengaruhi keadaan suatu negara secara berbeda.

Namun, jumlah kasus BA.4 dan BA.5 yang lebih tinggi dikaitkan dengan sedikitnya peningkatan rawat inap di Afrika Selatan, meskipun tingkat kematian sedikit lebih rendah dibandingkan gelombang Omicron sebelumnya di negara tersebut.

Lebih lanjut, sebuah penelitian menunjukkan penyakit parah terutama diamati terjadi pada kelompok orang yang memiliki kondisi kesehatan mendasar atau kormobid signifikan atau usia lanjut.

Baca juga: Subvarian Omicron BA.2 Sudah Menyebar di 5 Negara Afrika, WHO Sebut Sulit Dideteksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com