KOMPAS.com - Saat ini banyak negara di dunia termasuk Indonesia, tengah menghadapi dua subvarian Omicron, BA.4 dan BA.5. Dokter menyebut ada beberapa gejala Subvarian BA.4 dan BA.5 yang paling sering dikeluhkan.
Mengutip data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan, SpP(K), menyebut total ada 143 kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang ditemukan di Indonesia per Kamis (23/6/2022).
Sebanyak 122 kasus di antaranya merupakan subvarian BA.5, dan 21 lainnya adalah infeksi akibat subvarian BA.4.
Berdasarkan distribusi kasusnya, Erlina menjabarkan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ditemukan di beberapa wilayah termasuk:
Baca juga: Ketahui Gejala Subvarian BA.4 dan BA.5, Keturunan Omicron yang Sudah Ditemukan di Indonesia
Dokter Erlina menambahkan, bahwa subvarian BA.4 dan BA.5 dilaporkan lebih cepat menular dibandingkan subvarian Omicron sebelumnya.
"Jadi memang dikatakan BA.4 dan BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat, dibandingkan BA.1 dan BA.2. Tapi kita beruntung tingkat keparahannya di bawah Delta, tetapi (BA.4 dan BA.5) punya kemampuan escape immunity," ujar Erlina dalam webinar, Kamis (23/6/2022).
"Walaupun lebih menular dibandingkan BA.1 dan BA.2 kita tahu masyarakat Indonesia sudah banyak yang divaksin satu, dua dan bahkan sudah booster juga," sambungnya.
Adapun gejala subvarian BA.4 yang paling banyak dikeluhkan antara lain:
Sedangkan, gejala subvarian BA.5 yang paling banyak dikeluhkan di antaranya:
Sementara anosmia, kehilangan bau, menjadi gejala subvarian Omicron BA.5 yang paling sedikit dikeluhkan, yakni hanya sekitar 1 persen yang melaporkan.
Baca juga: Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Terdeteksi di Indonesia, Bagaimana Karakteristiknya?