Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/06/2022, 13:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sering kesemutan dan kebas di tangan ataupun kaki, bisa menjadi tanda awal penyakit neuropati.

Hal itu disampaikan Ketua Pokdi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) dr Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), dalam webinar memperingati Neuropathy Awareness Week 2022, yang digelar pada Senin (20/6/2022).

Dijelaskan Manfaluthy, satu dari dua orang di atas usia 30 tahun mengalami neuropati, dengan kesemutan dan kebas menjadi gejala awal yang banyak dikeluhkan.

Berdasarkan data, Manfaluthy mengatakan gejala neuropati paling banyak dialami masyarakat yang tinggal di kota-kota besar.

Baca juga: Penyebab, Gejala, dan Jenis Neuropati Diabetik, Gangguan Saraf akibat Diabetes

Mereka yang berusia 26 sampai 30 tahun juga banyak mengalami keluhan kesemutan, dan kebas di tangan maupun kaki.

"Sekarang ini baik usia lanjut maupun usia muda (bisa mengalami neuropati). Dari riset menunjukkan bahwa gejala neuropati mulai dirasakan di kalangan muda. Sehingga perlu kita semuanya mengenali gejala neuropati sehingga dapat melakukan pencegahan sekarang juga," ujarnya.

Perlu diketahui, neuropati adalah kerusakan saraf tepi dengan gejala seperti kebas dan kesemutan yang dapat menyebabkan disfungsi sensorik, motorik, otonom, serta kombinasi dari semuanya.

"Neuropati adalah gangguan pada sistem saraf tepi yang bisa terjadi akut ataupun kronis," ucapnya.

Adapun gejala neuropati yang bisa muncul di antaranya:

  • Kesemutan
  • Kram
  • Rasa terbakar
  • Kaku
  • Kulit kering atau mengkilap
  • Mati rasa

"Ini semuanya mencerminkan kerusakan pada sistem saraf tepi dengan beberapa derajatnya," terang Manfaluthy.

Penyebab gangguan saraf tepi sendiri dapat terjadi karena penyakit tertentu, kondisi fisik, usia lanjut, dan kurangnya asupan nutrisi berupa vitamin B.

Salah satu penyebab neuropati terbanyak adalah penyakit metabolik yaitu diabetes. Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, adanya peningkatan kasus neuropati sejak tahun 2013 hingga 2018.

"Angka kejadian neuropati khususnya oleh karena penyakit diabetes sangat bervariasi sekali, mulai dari 9,6 sampai 88,7 persen. Ini menunjukkan peningkatan yang signifikan," imbuhnya.

Dia juga menekankan neuropati bukan hanya dialami orang berusia muda saja, melainkan kelompok yang berusia produktif pun berisiko menderita penyakit tersebut.

Baca juga: Penderita Diabetes Harus Waspada Neuropati, Kenali Gejalanya di Sini

Lantas, bagaimana cara membedakan kesemutan biasa dengan kesemutan akibat neuropati?

Dipaparkan dr Manfaluthy, normalnya kesemutan terjadi ketika posisi tangan atau kaki menekuk dalam durasi yang lama.

Lalu saat kaki atau tangan diluruskan kembali dan kesemutan itu hilang, maka boleh dikatakan kesemutan tersebut bukan karena neuropati.

Sebaliknya, jika kesemutan berlangsung lama dan berulang-ulang bisa menandakan adanya tanda atau gejala neuropati. Sebab, kesemutan mengindikasikan adanya kerusakan pada saraf.

Misalnya saja, Anda meletakan tangan sebentar dan rasa kesemutan muncul sesaat setelahnya, kemungkinan merupakan gejala awal penyakit ini.

"Kesemutan terus-menerus dan intensitasnya meningkat dibandingkan sebelumnya. Itu (perlu) segera diperiksakan ke dokter," tutur Manfaluthy.

Baca juga: Sering Kebas dan Kesemutan, Bisa Jadi Pertanda Gangguan Saraf akibat Diabetes

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com