KOMPAS.com- Setiap tahunnya pada bulan Juni, ada sebuah fenomena yang disebut dengan fenomena Solstis Juni (June Solstice atau Titik Balik Matahari di bulan Juni).
Fenomena Solstis Juni umumnya terjadi antara tanggal 20-21 Juni dan bergeser dalam waktu ratusan hingga ribuan tahun.
Sementara, ketika Matahari berada paling selatan dari ekuator ketika tengah hari, atau disebut fenomena Solstis Desember (Titik Balik Matahari di bulan Desember), terjadi antara tanggal 20-21 Desember.
Fenomena Solstis Juni adalah titik paling utara yang dapat dicapai Matahari dalam siklus gerak semu tahunannya sebagai akibat revolusi Bumi dan kemiringan sumbu rotasi Bumi.
Astronom Amatir Indonesia Marufin Sudibyo menjelaskan, pada saat Solstis Juni, Matahari tepat berkedudukan di atas Garis Balik Utara (tropic of Cancer), yakni garis lintang 23º 27' Lintang Utara (LU).
Baca juga: Fenomena Solstis 21 Desember, Fakta Titik Balik Selatan Matahari yang Sebabkan Malam Lebih Panjang
Akibat saat fenomena Solstis atau Titik Balik Matahari 21 Juni ini terjadi, belahan Bumi utara mengalami puncak musim panas, di mana untuk daerah subtropis akan mengalami siang terpanjang.
Sedangkan daerah lingkar kutub utara, saat Titik Balik Matahari ini terjadi, akan mengalami fenomena Matahari tengah malam (Midnight sun), di mana Matahari akan terus tampak (berada di atas cakrawala) baik di kala siang maupun malam.
"Hanya arahnya saja yang berubah-ubah seiring waktu," ujarnya. Sebaliknya, belahan Bumi selatan akan mengalami puncak musim dingin, dengan siang terpendek untuk daerah subtropis.
Sebaliknya, belahan Bumi selatan akan mengalami puncak musim dingin, dengan siang terpendek untuk daerah subtropis.
Sementara saat fenomena Solstis Juni ini, daerah lingkar kutub selatan mengalami fenomena Malam Kutub (polar night), di mana Matahari tak pernah terlihat dan langit senantiasa gelap baik di saat malam ataupun siang.
Baca juga: Fenomena Langit Juni 2022: Solstis, Hilal, hingga Supermoon