Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Gagal Jantung Rentan Rawat Inap Berulang, Dokter Ungkap Sebabnya

Kompas.com - 02/06/2022, 19:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Orang dengan penyakit gagal jantung, sangat rentan mengalami rawat inap berulang.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Pokja Gagal Jantung Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr Siti Elkana Nauli, Sp.JP(K) dalam talkshow bertajuk “Kenapa Kita Harus Peduli Gagal Jantung?”, Minggu (29/5/2022).

“Angka rawat inap berulang karena gagal jantung masih cukup tinggi dan dapat menurunkan angka bertahan hidup, karena semakin sering pasien dirawat inap maka angka kelangsungan hidup pasien menjadi semakin rendah,” kata Siti.

Baca juga: Gagal Jantung, Penyebab, Gejala, hingga Perawatannya Menurut Dokter

Pernyataan Siti ini didukung dengan beberapa data yang dipaparkannya, termasuk data dari InaHF National Regsitry 2018 yang menyatakan, bahwa sebesar 17 persen pasien gagal jantung di Indonesia akan mengalami rawat inap berulang.

Lalu, sebesar 17,2 persen pasien gagal jantung meninggal pada saat rawat inap dan 11,3 persen pasien gagal jantung akan meninggal dalam satu tahun pengobatan.

Sementara, diketahui bahwa gagal jantung ini secara signifikan merupakan beban penyakit global, di mana lebih dari 60 juta pasien di seluruh dunia mengalaminya.

Mengapa pasien gagal jantung kerap harus rawat inap berulang dan angka kasusnya tinggi?

Menurut Siti, tingginya angka tersebut disebabkan oleh beberapa tantangan dalam mengobati pasien dengan gagal jantung.

Di antara tantangan yang mengkhawatirkan, yakni perjalanan pasien gagal jantung bisa sangat bervariasi, tanda dan gejala awal dapat ringan kemudian memburuk secara bertahap atau tiba-tiba, tergantung berbagai faktor.

Gagal jantung adalah kondisi di mana otot-otot di dinding jantung perlahan-alhan melemah dan membesar, sehingga jantung tidak dapat memompa darah dan oksigen untuk mencukupi kebutuhan tubuh.

Awalnya, gejala penyakit gagal jantung mungkin belum dapat terlalu dirasakan,

Namun seiring berjalannya waktu, jantung akan mulai berjuang memompa cukup banyak darah ke tubuh, gejala akan mulai muncul dan dapat memburuk apabila tidak ditangani segera.

Baca juga: Pasien Gagal Jantung Tidak Disarankan Terlalu Banyak Minum, Apa Alasannya?

 

Selain permasalahan gejala dan perjalanan lamanya waktu pasien mengidap gagal jantung, Siti menambahkan, penyakit komorbid menjadi faktor utama yang mempersulit pengobatan gagal jantung.

Karena itulah, seringkali penderita gagal jantung dengan komorbid membutuhkan tim multidisiplin untuk menangani penyakit ini secara holistik.

“Kondisi ini adalah alasan kenapa penanganan gagal jantung harus cepat dilakukan, dengan harapan pasien tidak sampai mengalami komorbiditas, yang dapat menyebabkan terbatasnya pilihan pengobatan, memperberat gagal jantung, dan luaran pasien gagal jantung lebih buruk,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PP PERKI, Dr dr Isman Firdaus Sp.JP(K) menyampaikan, bahwa risiko rawat inap berulang dan kematian dalam kasus penyakit gagal jantung, juga bisa terjadi karena kesulitan pengobatan gagal jantung itu sendiri.

Baca juga: Kasus Gagal Jantung Lebih Banyak Wanita Daripada Pria, Kok Bisa?

Kesulitan pengobatan gagal jantung itu disebabkan oleh keterlambatan penanganan dan adanya hambatan untuk mengakses layanan kesehatan, karena berbagai faktor penentu seperti sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesadaran kesehatan masyarakat.

“Oleh karena itu, penyediaan akses obat-obatan penyakit kardiovaskular sangat penting dan perlu diprioritaskan ke dalam agenda nasional maupun global,” ujarnya.

Ia menambahkan, PERKI dengan Kelompok Kerja (Pokja) gagal jantung senantiasa konsisten berusaha memperbaiki tatalaksana gagal jantung, melalui pengobatan, pencegahan dan edukasi.

Baca juga: 3 Pilar Utama Pengobatan Gagal Jantung di Indonesia, Apa Itu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com