Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena La Nina Berantai Memasuki Tahun Ketiga, Apa Artinya?

Kompas.com - 01/06/2022, 10:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa 2022 merupakan tahun ke-3 dari episode fenomena La Nina berantai.

Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari mengatakan, episode La Nina berantai ini dilihat dari kondisi fenomena La Nina yang saat ingi masih terpantau menguat di semester kedua tahun 2022.

“Betul bahwa ada indikasi La Nina kembali menguat ke intensitas sedang, kami masih terus melakukan updating hasil monitoring per 10 harian,” kata Supari kepada Kompas.com, Senin (30/5/2022).

Pada Januari-Februari hasil pantauan indeks BMKG menunjukkan bahwa La Nina sudah berkurang intensitasnya menuju intensitas lemah (indeks sekitar -0.9 hingga -0.8).

Lalu pada bulan Maret-April, indeks La Nina menguat kembali dan indeks berkisar -1.1 (intensitas sedang).

"Betul bahwa sejak april hingga mei ini justru indeks ENSO menunjukkan bahwa terjadi penguatan intensitas La Nina," ujarnya.

Baca juga: Mengenal Fenomena La Nina, Proses Terjadinya hingga Dampaknya bagi Kita

Supari menyebutkan, fenomena La Nina yang menguat menjelang periode pergantian musim hujan ke musim kemarau tahun ini menjadi tahun ketiga berturut-turut, yang disebut pula dengan La Nina berantai.

“Betul bahwa beberapa analisis menunjukkan potensi untuk berlanjut ke winter 2022/23 yang artinya ini akan menjadi tahun ke-3 dari episode La Nina berantai (2020-2021-2022),” kata dia.

Untuk diketahui, La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.

Fenomena La Nina terjadi ketika suhu muka laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal.

Pendinginan ini berpotensi mengurangi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah.

Selain itu, fenomena La Nina menyebabkan angin pasat (trade winds) berembus lebih kuat dari biasanya di sepanjang Samudra Pasifik dari Amerika Selatan ke Indonesia. Hal ini menyebabkan massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat.

Baca juga: BMKG Ungkap Fenomena La Nina Menguat, Waspadai Dampaknya di Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com