Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Naga Kematian Raksasa Ditemukan di Argentina | Gempa Guncang Central Peru | Racun Ular dan Laba-laba Habitat Bakteri

Kompas.com - 27/05/2022, 07:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Selengkapnya berita populer Sains tentang penemuan fosil naga kematian raksasa, pterosaurus di Argentina ini dapat disimak di sini. 

Baca juga: Naga Kematian Raksasa Ditemukan di Argentina, Sayapnya Capai 9 Meter

Gempa M 7,2 guncang Peru

Gempa bumi bermagnitudo 7,2 mengguncang wilayah Central Peru. Gempa bumi tektonik ini terjadi pada pukul 19.02 WIB, Kamis (26/5/2022).

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Bambang Setiyo Prayitno MSi mengatakan, lokasi tepatnya berada di darat pada jarak 832 km arah Tenggara Lima, Peru pada kedalaman 207 kilometer.

Disampaikan Bambang, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi hari ini di Peru merupakan jenis gempa menengah.

Penyebab gempa hari ini di Peru terjadi akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Nazca ke bawah Lempeng Amerika Selatan.

Gempa Peru terkini berkekuatan M 7,2 menurut analisis gempa BMKG tidak berpotensi tsunami, termasuk di Indonesia.

Berita populer Sains tentang gempa Peru berkekuatan M 7,2, selengkapnya dapat dibaca di sini.

Baca juga: Gempa Terkini M 7,2 Guncang Central Peru, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami di Indonesia

Racun ular dan laba-laba habitat bakteri

Studi sekelompok peneliti melaporkan bahwa mereka menemukan habitat baru bakteri. Habitat ini tak biasa, sebab mereka menemukan bakteri hidup di racun ular dan laba-laba.

Bakteri adalah organisme kecil yang banyak akal. Mereka dapat hidup di beberapa tempat paling aneh dan paling tak ramah di planet kita.

Sebut saja gurun gersang, danau asam beracun, bahkan jauh di dalam kerak bumi di bawah dasar laut.

Akan tetapi, para ilmuwan baru saja menemukan habitat baru yang sangat tak terduga untuk mikroba kecil yang kuat, yakni di racun ular dan laba-laba.

Temuan pun bertentangan dengan apa yang dipikirkan oleh ilmuwan sebelumnya.

Racun ular dan laba-laba diketahui mengandung senyawa antimikroba, yang oleh para ilmuwan dianggap sebagai lingkungan steril yang tak memungkinkan bagi mikroba untuk berkembang.

Namun temuan ini mengungkapkan bahwa bakteri yang menyebabkan infeksi sudah bisa hadir dalam racun bajkan sebelum korban digigit.

Hal tersebut menunjukkan siapa pun yang digigit ular atau laba-laba mungkin juga perlu dirawat karena infeksi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com