Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Coremap CTI Bantu Dorong Pengembangan Model Pengelolaan Pesisir Raja Ampat

Kompas.com - 04/04/2022, 19:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

Salah satu masyarakat yang ikut terlibat aktif dalam pelaksanaan program Coremap CTI adalah Robinson Mjam (27), warga Kampung Tomolol. Robinson saat ini menjadi Ketua Kelompk Pengelola Danau Ubur-ubur Misool Timur.

Ia menceritakan bahwa dahulu, masyarakat setempat tidak pernah dilibatkan dalam kegiatan apapun, termasuk pariwisata di Kabupaten Raja Ampat.

Tetapi dengan ditemukannya sebuah danau yang berisi ubur-ubur, yang kemudian ditambah dengan edukasi dari berbagai pihak terkait dalam kegiatan ini tentang apa yang sebaiknya mereka lakukan, bagaimana pengawasan, bagaimana caranya menjalankan ekowisata di danau ubur-ubur tersebut, dan ditambah dengan sarana prasarana yang mendukung, masyarakat bisa melanjutkan kegiatan ekowisata dan menunjang peningkatan taraf hidup mereka dari sektor baru yakni pariwisata.

“Disitu kami berpikir bahwa ada kerjasama yang baik antara Bappenas dan juga Yayasan Terangi dan ICCTF, dengan semangat memberikan ini kepada kami, dan dalam menjaga danau ubur-ubur,” kata Robinson saat dijumpai di Kampung Tomolol, Senin (28/3/2022).

Baca juga: Fungsi Terumbu Karang bagi Lingkungan

Selain itu, ada pula Konstantinus Saleo. Pria kelahiran Yensawai Barat, Kabupaten Raja Ampat ini merasa senang sekali mendapatkan edukasi mengenai bagaimana menjaga dan merehabilitasi lingkungan pesisir di tempat tinggalnya seperti mangrove dan lamun.

Sebelum ada edukasi mengenai cara menanam mangrove supaya bisa tumbuh dengan baik, mereka selalu gagal menanam mangrove karena setelah ditanam langsung terbawa air laut saat pasang.

Namun, sepanjang program dilakukan dengan bimbingan mitra dari PKSPL-IPB, akhirnya masyarakat setempat menemukan solusi untuk menanam mangrove di tanah berpasir di pinggir pantai agar bisa berhasil tumbuh dengan baik.

“Dulu, kita juga tanam. Tapi, tidak berhasil, terbawa air laut lagi. Sekarang, kita buat berbeda tanamnya dan bisa tumbuh (mangrove),” kata Konstantinus, Kamis (25/3/2022).

Penanaman mangrove dilakukan dengan kombinasi kearifan lokal dan basis saintifik yang diajarkan oleh PKSPL-IPB.

Masyarakat saat ini menanam mangrove dengan mengikat biji mangrove menjadi propagol dengan bambu, dan dalam satu propagol ada sekitar 50 biji mangrove yang diikat.

Cara ini ternyata berhasil membuat mangrove tidak terbawa arus air laut, dan tetap bertahan untuk tumbuh.

Baca juga: 7 Manfaat Hutan Mangrove bagi Lingkungan dan Kehidupan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com